JURNALPOSMEDIA.COM – Tren berbelanja online di tengah pandemi Covid-19, menjadi alternatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya selama #DiRumahAja. Tak heran, tren tersebut bagaikan durian runtuh bagi para pebisnis yang bergerak di bidang e-commerce. Namun, nyatanya tidak semua pebisnis mengalami hal yang sama.
Salah satunya pebisnis asal Karawang, Nurhayati Dewi. Ia merintis usahanya sejak 3 tahun lalu dengan menjual aksesoris, lalu merambah bisnis pakaian sejak 2 tahun belakangan. Di saat pandemi, perempuan yang kerap disapa Dewi itu mengaku penjualan pakaian berupa gamis, mukena dan hijab syar’i tidak mengalami penurunan omzet yang drastis.
Dewi menuturkan hal itu dipengaruhi oleh momen lebaran beberapa waktu lalu. Yakni, saat banyak orang membeli keperluan baju baru untuk hari raya. Namun berbeda dengan bisnis pakaian, aksesoris berupa buket untuk wisuda hingga gift untuk ulang tahun yang dijualnya mengalami penurunan omzet yang tajam.
“(Produksi) buket bunga saya off-kan dulu karena event (seperti) wisuda dan pernikahan yang diundur hingga ditiadakan di masa pandemi Covid-19,” ungkap Dewi saat diwawancarai Jurnalposmedia via daring. Kamis (4/6/2020).
Sama halnya dengan Dewi, pebisnis asal Jakarta Utara, Selpi Yudhistira juga mengalami penurunan omzet di situasi pandemi ini. Ibu satu anak ini melakoni bisnis yang cukup beragam.
Mulai berjualan madu murni yang digunakan untuk skin care wajah, membuka jasa hapus akun dengan memanfaatkan media online, hingga menyediakan keperluan tradisi akikah.
Selpi menyebutkan, ia biasanya mendapat omzet hingga Rp56 juta per bulan, namun kali ini ia memperoleh Rp10 juta per bulan, “Januari dan februari (omzet) masih stabil. Tapi Maret hingga Mei, ya beginilah (ada penurunan),” tuturnya melalui pesan WhatsApp. Jumat (22/5/2020).
Guna merespons penurunan omzet di situasi saat ini, kedua pebisnis itu mensiasatinya dengan gencar melakukan promosi di berbagai sosial media. Seperti Instagram, Facebook dan WhatsApp. Selain menggiatkan promosi di berbagi platform, juga dilakukan inovasi terhadap produk yang dijual.
Inovasi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat kala pandemi. Seperti kebutuhan akan frozen food hingga peralatan kesehatan. Menurut survey, kedua produk tersebut mengalami peningkatan penjualan selama pandemi.
Dikutip dari nelipatel.com penjualan makanan meningkat hingga 55% sedangkan kesehatan 19% dan farmasi 11%. Tentunya, itu bisa menjadi pilihan bagi para pebisnis untuk merambah usaha yang lebih variatif agar bisa survive di kala pandemi Covid-19.