Wed, 9 October 2024

Gapai Prestasi Lewat “Jalur Rempah Nusantara: Surga yang Tak Dirindukan”

Reporter: Suryadi/Wahyu Fitriani | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 325 kali

Sat, 10 October 2020
online summer school
Mahasiswa Biologi UIN Bandung, Jalaludin yang meraih juara II Call for Essay dalam program Online Summer School 2020 yang diadakan oleh PPI Portugal. (Sumber: dokumen pribadi)

JURNALPOSMEDIA.COM  Situasi pandemi bukan halangan untuk menoreh prestasi. Kalimat itu tampaknya layak disematkan pada salah satu mahasiswa Biologi UIN Bandung, Jalaludin. Mahasiswa yang akrab dipanggil Jamal itu berhasil meraih juara II Call for Essay 2020 yang digelar Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Portugal.

Berawal dari informasi di jurusan dan dari Wakil Dekan III Fakultas Sains dan Teknologi UIN Bandung, Jalal mengikuti program Online Summer School 2020 yang diadakan pada 28 Juli hingga 11 Agustus 2020. Adapun penyelenggara yakni PPI Portugal, bekerja sama dengan KBRI di Lisabon, PPI Dunia, PPI Spanyol dan PPI Prancis.

Materi esai dalam program Online Summer School 2020 yang diikutinya bertemakan sejarah rempah. Tema tersebut juga diusung atas permintaan dari pihak PPI Portugal. Akhirnya, Jalal pun menulis esainya dengan judul pamungkas “Jalur Rempah Nusantara: Surga yang (Tak) Dirindukan”.

Mahasiswa tingkat akhir itu mengungkapkan, ada dua alasan kenapa dirinya mengambil esai dengan judul tersebut. Pertama, Jalal melihat sejarah Indonesia ketika menjadi surga rempah-rempah yang dicari oleh dunia. Hal itu dibuktikan oleh datangnya bangsa barat yang berlayar ke kepulauan Indonesia untuk mencari rempah-rempah.

Lebih jauh, Jalal juga menyampaikan kondisi tanah air yang kini kekayaan rempah-rempahnya tak lagi jadi komoditas yang dicari. Ia mengatakan, itu akibat dari perkembangan zaman. Bangsa barat, kata Jalal, sudah memiliki teknologi yang bisa menggantikan rempah-rempah itu sendiri.

Ia pun memandang jika kolonialisasi bangsa barat cukup berdampak. Banyak rempah-rempah yang hanya ada di Indonesia diambil ke negaranya untuk dikembangan. Kini, yang ada rempah-rempah pun sudah banyak ditemukan di negara lain.

“Pada akhirnya, Indonesia kehilangan daya tarik dan pesonanya, rempah sudah tidak dicari-cari lagi. Sehingga Indonesia menjadi carut marut ditinggalkan menjadi surga yang (tak) dirindukan lagi,” tutur Jalal mengungkap asal muasal judul karyanya pada Senin (28/9/2020) lalu.

“Alasan yang kedua, ketika Indonesia memiliki kelebihan untuk menarik orang-orang. Pada dasarnya, jika masih terlena dengan kelebihan itu sendiri tanpa mengembangkannya, Indonesia akan kembali ditinggalkan yang lambat laun akan kehilangan pesonanya,” tambahnya.

Melalui esai yang dibuatnya, Jalal mengajak pembacanya untuk terus belajar dari sejarah agar terus mengembangkan inovasi-inovasi baru. Sehingga, Indonesia tidak akan mengulangi sejarah menjadi “Surga yang (Tak) Dirindukan” lagi.

Motivasi untuk Berprestasi

Guratan prestasi yang didapatnya tidak serta-merta diraih secara instan. Sejak awal rangkaian program Online Summer School 2020, Jalal sudah mempersiapkan esai yang akan dilombakannya secara matang pada ajang Call for Essay 2020.

Menurutnya, hal terpenting dalam persiapan membuat esai adalah mencari dan mengumpulkan literatur. Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan, mengingat pembuatan suatu karya ilmiah memerlukan data dan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Terlebih, dirinya menulis esai yang bertemakan sejarah.

“Hadiah juara esai itu sendiri berupa surat undangan resmi untuk menghadiri Simposium Amerika Eropa (SAE) Iberia di Coimbra, Portugal pada tahun 2021 nanti,” terangnya. Namun, Jalal mengaku belum banyak persiapan untuk menghadiri undangan tersebut. Ia hanya baru mencari dan mengkalkulasi estimasi dana yang akan dikeluarkan untuk keberangkatannya di tahun depan.

Manisnya buah prestasi yang dituai Jalal, ternyata sudah ia tanam sejak awal. Semenjak berkuliah, ia sudah bertekad untuk menjadi mahasiswa yang berprestasi. Terlebih pada awal 2020, Jalal sudah memiliki target untuk meraih prestasi di bidang kepenulisan.

Ia mengatakan, menjadi produktif di masa pandemi bukan hal yang sulit bagi mahasiswa yang memiliki cakrawala pengetahuan di tangannya. Semua orang bisa menjadi produktif, asal mempunyai kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh.

“Satu hal yang bisa saya sampaikan adalah bahwa mahasiswa akan ditarik pertanggungjawaban atas kemahaannya. Oleh karenanya, mahasiswa harus senantiasa menjadi pembelajar sejati serta menebarkan kebermanfaatan seluas-luasnya,” pungkasnya.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments