Saat uap air mengepul dan melayang
Aku asyik memakan diri sendiri secara hidup-hidup
Dalam kesunyian, orang-orang asyik menonton dan menatapku
Tatapannya senang, sedih, bahkan sinis dan bengis
Setelahnya kucerna diriku sendiri
Orang-orang kali ini menambahkannya dengan maki-maki
Angin menghunus dan memberi ketenangan
Sedang aku menatap balik orang-orang dengan senyuman
Angin pergi dan aku hampir mati
Mencerna diri sendiri ternyata menyiksa hati
Aku sekarat
Orang-orang bersorak dan menggeliat
Aku terkapar dan tak tahu apa yang terjadi
Tak sadarkan diri
Diikuti tepuk tangan orang-orang
Sedang malaikat membangunkanku dan mengusap kepala
Sisanya pencernaanku selesai
Dan aku terbangun
Sedang orang-orang berubah menjadi marah
Dan aku hanya asyik dengan semakin ramah
Pencernaanku menghasilkan hal yang orang-orang anggap sebagai tai
Namun aku memaknainya sebagai berkah Illahi
Saat aku bilang itu, orang-orang menimpungiku dengan batu
Dan aku masih tersenyum dengan kaku
Dan pada kedua kalinya aku sekarat
Dan berujung mati
Tapi masih dengan senyum dan berseri
Menatap dan menemui Illahi