JURNALPOSMEDIA.COM – Marlina Si Pembunuh Empat Babak, film yang berhasil tembus tayang di Festival Film Cannes (Prancis), salah satu film terbesar di dunia dengan judul bahasa inggris Marline The Murder in Four Acts. Film yang disutradarai oleh Mouly Surya ini dibuat dengan gaya koboi. Marlina Si Pembunuh Empat Babak ini terinspirasi dari kisah nyata yang dulu terjadi di Sumba pada tahun 1986 hingga 2004 lalu.
Perjalanan Marlina bagaikan empat bait sajak yang digambarkan melalui sebuah film. Marlina (Marsha Timothy) seorang janda yang tinggal diperbukitan Sumba bersama Mumi sang mendiang suami, yang didatangi seorang perampok kejam bernama Markus (Egi Fedli) dan komplotannya menjadi awal cerita film ini dimulai. Markus datang seorang diri dan mengancam Marlina secara verbal dan emosional, mengatakan akan mengambil seluruh ternak nanti malam dan akan meniduri marlina secara bergilir oleh 6 pria lainnya.
Marlina mencoba melawan dengan meracuni sup ayam yang akan disuguhkan pada kelompok perampok tersebut, dan cerita perjalananya pun dimulai. Satu hari setelah aksi pembunuhannya terhadap 5 lelaki yang mencoba memperkosanya, Marlina mencoba melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Marlina bertemu dengan temannya Novi (Dea Panaendra) yang tengah hamil 10 bulan dan sedang dibuat gelisah karna kehamilan dan suaminya, dalam perjalannya menuju kantor polisi. Mereka menumpang sebuah angkutan umum yang hanya ada satu jam sekali.
Penumpang yang sudah berada didalam mobil mendadak turun karena melihat Marlina menenteng potongan kepala Markus. Di lain pihak, dua perampok yang tersisa mengetahui keadan temannya yang telah dihabisi oleh Marlina dan Franz (Yoga Pratama) bersikeras untuk mencari Marlina yang menghilang dengan membawa kepala Markus. Perjalanan Marlina masih sangat panjang, ditambah dengan dua begundal yang mencari keberadannya.
Marlina Si Pembunuh Empat Babak ini mengisahkan keberanian dan peran wanita dalam kehidupan, kaum wanita yang bisa menjadi pengemudi dari jalan kehidupannya. Wanita bukan hanya sebuah objek pemuas dan bukan pula sosok yang lemah.
Melalui film ini keindahan Sumba diekspos secara apik dan eksotis oleh sang penata kamera Yunus Pasolang dengan pengambilan extreme wide angle, ditambah dengan latar musik gubahan yang manis dan menenangkan untuk didengar.