Wed, 13 November 2024

Menengok Rumah Alquran UIN Bandung

Reporter: Nazmi Syahida | Redaktur: Reta Amaliyah Shafitri | Dibaca 609 kali

Mon, 26 November 2018
Pembacaan Maulidu Al-Barjanzi oleh santriwati Rumah Alquran di Ma'had Al-Jamiah UIN Bandung, Kamis (22/11/2018). (Dok: Instagram rumahalquran_uinsgdbdg)

JURNALPOSMEDIA.COM–Di atas lahan seluas 3 hektar di Cileunyi Wetan, sebuah konstruksi yang tengah dibangun terdengar cukup bising dari kejauhan. Bangunan tersebut dijaga gapura yang masih terlihat baru dan mengilap bertuliskan Rumah Quran UIN Bandung. Terdapat dua bangunan, yang satu bercat putih dan telah sepenuhnya rampung. Kedua, masih proses pembangunan dan sebagian telah dicat hijau.

Perkenalan dan obrolan singkat mengalir bersama pengurus asrama laki-laki Rumah Quran (RQ), Zaelani. Sepenggal cerita, ia mengatakan RQ sudah berdiri selama 3 tahun, sejak 2016. Penghuni RQ ialah mahasiswa dan mahasiswi terpilih yang masuk ke UIN Bandung melalui jalur tahfidz. Mereka adalah orang-orang hebat dengan hafalan minimal 5 juz Alquran.

Gelak senyum Zaelani mengiringi perbincangan yang terus memadat, Jumat (23/11/2018) lalu. Ia lanjut menjelaskan, secara otomatis atau dengan sendirinya selama satu tahun, mahasiswa/i tahfidz mesti tinggal di RQ. Sederhananya, karena kampus telah memfasilitasi tanpa memberi iming-iming hadiah lainnya.

Bukan pembelajaran yang gramatikal, apalagi bercampur kontradiksi. Rancangannya simpel, yakni berupa sima’an, ziadah dan muraja’ah. Sima’an yaitu dilakukannya kegiatan mengaji selama sebulan sekali dan mengkhatamkan 30 juz Alquran. Ziadah, artinya menambah hafalan. Sedang muraja’ah, mengulang-ulang hafalan setiap Senin hingga Jumat.

Raganya tetap diam sambil menjawab pertanyaan secara perlahan, Zaelani masih menjelaskan. Pengajarnya sendiri berasal dari perwakilan tiap fakultas di UIN Bandung. Tak perlu risau untuk pembagian jadwal yang bentrok dengan perkuliahan di kampus maupun kegiatan lainnya karena telah disesuaikan. Sejauh ini, jadwalnya setelah isya dan subuh.

Perbincangan selanjutnya bersama pendiri sekaligus Ketua Lembaga RQ, Asep Mustofa. Ketika ditemui, ia menjelaskan dengan hangat. Katanya, tak ada ketentuan batas kuota di RQ.

“Di RQ, tidak ada batasan kuota. Kalau tahfidznya lulus, berapapun jumlahnya diterima. Angkatan semester satu 2018 ini, berjumlah 229 orang dan diterima atau lulus sebanyak 204 orang. Jika lulus, diwajibkan tinggal di asrama RQ dengan mengisi perjanjian berisi kontrak. Tetapi, ada beberapa orang dengan alasan tertentu tidak bisa tinggal, salah satunya karena sudah membantu di suatu lembaga,” jelasnya ramah.

Sayang, RQ tidak luput dari tempat yang belum tergolong representatif atau sesuai dengan fungsinya, dengan pagar dan benteng yang masih terbuka. Proses sterililasi masyarakat sekitar akan dilakukan, mengingat tingkat keamanan yang belum terjamin. Namun, belum diatur dengan rapi, seperti diakui Asep.

Memberi sokongan dan penopang pun dirasa lewat evaluasi dan pengujian setiap setahun sekali. Umpamanya, jika selama tinggal di RQ hanya menambah 1 juz, mahasiswa/i  bersangkutan akan dikeluarkan. Tapi, jika menambah 2 juz akan dipertahankan. Demikian pula dengan yang sudah hafal 20 juz, dituntut terus melanjutkan hafalan sampai menyentuh 30 juz. Setelah selesai, bisa diangkat menjadi mentor atau pembimbing adik tingkat.

Rencana dan pengajuan bantuan transportasi sudah dilakukan, supaya mempermudah akses menuju kampus UIN Bandung. Tetapi, dengan beberapa kendala seperti asrama perempuan yang belum berada di Cileunyi, dan persoalan jam kuliah yang waktunya berbeda-beda.

“Kami terus berharap RQ ini maju dan kelihatan hasilnya. Kami membawa amanah untuk mengelola RQ dan Alhamdulillah kelihatan dari evaluasi,” tutupnya penuh harap.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments