JURNALPOSMEDIA.COM – Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Perpustakaan Nasional (HUT Perpusnas). Di Indonesia sendiri, perpustakaan pertama kali berdiri pada tahun 1980, yang tentunya memiliki peran penting bagi pengetahuan anak bangsa.
Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Arab dan Eropa, sejarah perpustakaan di Indonesia masih terbilang sangat muda. Namun, jauh sebelum kemerdekaan, bibit terbentuknya perpustakaan sebetulnya sudah ada sejak jaman kerajaan, yang dibuktikan dengan terkumpulnya naskah dan karya-karya yang ditulis diatas daun lontar pada masa itu.
Dilansir dari web resmi pustakaarsip.kampar dan berdasarkan beberapa sumber lainnya, perpustakaan di Indonesia sudah berdiri sejak jaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yaitu perpustakaan gereja yang terletak di Batavia (Jakarta) tahun 1962.
Selanjutnya di tempat yang sama, dibentuk perpustakaan khusus pada 25 April 1778 dengan nama Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW). Berdirinya lembaga BGKW dipimpin oleh Mr. J.C.M. Rademaker, Ketua Raad Van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia juga berinisiatif mengumpulkan buku-buku dan manuskrip sebagai koleksi perdananya, hingga keluarnya katalog buku pertama di Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 25 Agustus 1950, didirikan perpustakaan Bung Hatta dengan koleksi buku yang dikelola oleh pengelola ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia.
Kemudian di periode yang sama, terdapat program pemberantasan buta huruf di daerah pelosok tanah air dengan dibangunnya perpustakaan rakyat yang bertugas dan berperan dalam membantu perkembangan pendidikan masyarakat.
Pada masa itu juga lahir perpustakaan umum milik negara yang tersebar di setiap ibu kota provinsi Indonesia, seperti Yogyakarta, Ambon, Bandung, Padang, Makassar, dan ibu kota lainnya.
Tahun 1962 perpustakaan yang didirikan VOC diserahkan kepada pemerintah RI dan diubah menjadi Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat.
Beberapa tahun setelahnya, nama perpustakaan tersebut mengalami perubahan menjadi Perpustakaan Museum Nasional meskipun tidak lama kemudian namanya diubah menjadi Pusat Pembinaan Nasional dan menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpurnas RI).