JURNALPOSMEDIA.COM– Indonesia kaya akan budaya, tak heran apabila karakteristik rakyatnya dari setiap daerah berbeda-beda. Dengan keanekaragaman inilah, Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dalam arti mempunyai satu tujuan untuk membangun bangsa yang dimana tercantum di pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan dasar bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Berbicara tentang Pancasila, pasti akan menjadi bahasan yang terlalu panjang. Pancasila merupakan hasil perenungan, pemikiran yang mendalam dari pendiri bangsa Indonesia. Tepat pada tanggal 1 Juni 1945, para pendiri bangsa merumuskan lima sila dasar negeri ini. Semua hasil pemikiran tersebut sudah dipertimbangkan sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Maka keliru jika ada segelintir orang yang mengatakan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan jati diri Indonesia.
Namun sangat disayangkan, beberapa waktu terakhir di negeri tercinta ini terjadi beberapa kegaduhan yang mengancam kesatuan bangsa, pastilah sangat miris jika kita mengulasnnya. Dengan berbagai aksi yang terjadi di beberapa daerah, serta yang paling menyedihkannya masalah tersebut mengatasnamakan etnis dan agama. Tanpa dipungkiri lagi, terlihat bahwa Pancasila sudah tak dicerna lagi sebagai dasar kebangsaan. Tak seperti dahulu, pendiri bangsa ini membangun negera dengan penuh perjuangan dan keikhlasan hanya untuk mempertahankan keberagaman serta kesatuan yang menyelimuti Indonesia.
Padahal keberagaman tersebut sudah sangat dijelaskan dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’. Sila tersebut menyatakan bahwa manusia Indonesia harus percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Hanya kepada satu Tuhan, tanpa memihak dari agama mana kita berasal. Pancasila sudah menyatukan keberagaman agama hanya dengan sebaris kalimat pertamanya.
Selama 72 tahun sampai peringatan Hari Pancasila di 1 Juni 2017 ini tanpa ada perubahan dari satu katapun dari lima sila dasar. Namun, pemahaman, pelaksanaan dan penghayatan dalam kehidupan bernegaralah yang mengalami kemunduran dan multitafsir dalam setiap silanya. Masalah perbedaan masih menjadi perdebatan bangsa ini, mulai dari masyarakatnya hingga pemegang kekuasaan.
Jika perbedaan masih saja dipermasalahkan, akan menjadi apa bangsa ini di masa yang akan datang. Padahal esensi dari cita-cita bangsa ini sesungguhnya amat mulia dan seharusnya kita sebagai penerus bangsa dapat mewujudkannya tanpa ada peseteruan atas perbedaan RAS. Menghindari tindakan yang terus-menerus membedakan satu sama lain dan merasa bahwa diri kitalah yang paling baik.
Pancasila sudah menuntun bangsa ini selama puluhan tahun, maka mulailah dari sekarang untuk memperbaiki pribadi dengan cara menerima perbedaan. Bukankah dengan berbeda-beda kita tetap kembali ke satu Tuhan, bahkan dengan perbedaan itulah yang akan membawa kita menjadi satu tujuan. Mari teruskan kembali cita-cita bangsa ini dengan semangat perjuangan. Tunjukan bahwa Indonesia adalah bangsa yang damai, bangsa yang menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan, bukan bangsa yang penuh dengan kerusuhan.