Sat, 12 October 2024

Gen Z: Generasi yang Maunya Serba Instan, Mitos atau Fakta?

Reporter: Khoirunnisa Febriani Sofwan | Redaktur: Zahra Dwi Aqilah | Dibaca 1251 kali

Tue, 10 September 2024
(Sumber: Freepik.com)

JURNALPOSMEDIA.COM Generasi Z memenuhi hampir sebagian besar usia produktif di Indonesia. Akan tetapi, banyak stigma buruk yang melekat pada Gen Z termasuk keinginan serba instan pada beberapa aspek kehidupan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hampir sepuluh juta pengangguran di Indonesia adalah generasi Z berusia 15-24 tahun. Banyak yang menyalahkan generasi Z yang terlalu selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka. Sedangkan, kebanyakan dari mereka justru belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk bisa diterima di perusahaan yang mereka inginkan.

Usaha instan tetapi ingin hasil yang maksimal, mereka memilih jalan pintas untuk mencapai keinginan mereka. Mereka lebih memilih kerja cerdas daripada kerja keras, hal yang bagus, namun bukankah kesuksesan justru membutuhkan banyak pengorbanan untuk bisa tercapai? Kesuksesan tidak bisa tercapai tanpa usaha apalagi tanpa pengorbanan.

Tidak sedikit dari generasi Z yang lebih memilih untuk menganggur daripada bekerja tidak sesuai passion mereka. Banyak pula yang memilih untuk memprioritaskan kebahagiaan pribadi dan kesehatan mental di atas segalanya. Kebebasan di era modern ini menjadi salah satu faktor utama yang membentuk pola pikir anak muda zaman sekarang yang menjunjung tinggi kebebasan memilih jalan hidup.

Fenomena tersebut tidak sepenuhnya buruk, karena kebebasan bisa menjadi privilege apabila mereka bisa memanfaatkan dan menggunakannya dengan maksimal. Melalui adanya kebebasan dalam memilih jalan hidup bisa menjadi motivasi besar bagi para anak muda untuk terus konsisten berusaha mencapai tujuan utama mereka.

Banyak anak muda sukses karena memanfaatkan peluang, tanpa terpatok pada passion. Mereka mengambil pekerjaan yang mendekatkan mereka pada tujuan, meski tidak sesuai passion, karena pengalaman tetap membawa mereka lebih dekat pada impian.

Jika dilihat dari data pengangguran yang didominasi oleh generasi Z tentunya kebebasan yang ada tidak sepenuhnya memberikan dampak positif. Banyak anak muda yang menjadikan passion sebagai alasan mereka tidak maumemulai karir atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Kebebasan yang mereka dapat justru menjadi boomerang bagi generasi Z yang tidak bisa memanfaatkan hal tersebut degan baik.

Terkait hal ini, Psikolog Klinis Remaja, Tara de Thouars angkat bicara. Ia menilai hal tersebut berakar dari beban yang ditanggung Gen z semakin berat dari generasi sebelumnya.

Lihat bagaimana beban mereka makin tinggi mulai dari dari inner circle maupun social media, biaya hidup meningkat, dan kondisi lingkungan yang kian mengkhawatirkan. Prinsip mereka menjadi ‘work smart instead of work hard’,” jelas Tara dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Pola pikir generasi Z tidak sepenuhnya salah, sebab situasi dan kondisi yang mereka hadapi turut mempengaruhi. Kemajuan teknologi memudahkan mereka menyelesaikan tugas-tugas sulit dengan cepat, sehingga mendorong mereka menginginkan hasil maksimal secara instan. Namun, kenyataannya, hasil maksimal tetap membutuhkan proses panjang dan usaha yang tidak instan.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments