JURNALPOSMEDIA.COM- Smart Library System merupakan salah satu program digitalisasi perpustakaan yang siap mempermudah mahasiswa dengan fungsi efisiensi mencari referensi buku rujukan dan skripsi tanpa harus pergi ke perpustakaan.
Staff I Bidang Teknologi dan Komunikasi Perpustakaan UIN Bandung, Novella Astri menjelaskan mengenai rangkaian sistem digitalisasi yang tersedia dalam program Smart library system.
“Smart library system itu sebuah sistem di mana perpustakaan sudah terotomatisasi dan berjejaring internet untuk mempermudah akses pemustaka serta kerja para staff,” tutur pada Jurnalposmedia, Kamis (27/7/2022).
Fasilitas Perpustakaan
Di samping berfokus pada digitalisasi perpustakaan, Koordinator Bidang Layanan Pemustaka, Robi’in turut menjelaskan berbagai fasilitas penunjang pemustaka.
“Terdapat ruangan baca, tempat koleksi, ruang lesehan, ruang komputer, ruangan diskusi untuk mahasiswa dan dosen, ruang seminar dan conference, Rachmat Djatnika Corner, Asia Foundation Corner, Said Nursi Corner, ruang multimedia, BI Corner, dan tempat membaca umum lainnya,” jelasnya.
Untuk peraturan perpustakaan sendiri, mahasiswa harus berpakaian rapi serta membawa KTM dan mengisi daftar kunjungan.
“Perpustakaan buka hari Senin-Kamis pukul 08.00 WIB hingga 19.00 WIB, hari Jum’at pukul 09.00 WIB hingga 19.00 WIB, dan hari Sabtu pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, perpustakaan UIN Bandung memiliki peraturan serta kebijakan tersendiri, termasuk penetapan denda bagi mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku. Setiap mahasiswa hanya bisa meminjam dua buku dengan satu akses KTM.
Terkait denda buku, Robi’in mengungkapkan, mahasiswa hanya perlu membayar Rp500 perhari untuk setiap bukunya atau membayar sesuai dengan harga buku jika keterlambatannya sudah terlalu lama.
“Seperti misalkan ada yang sudah lulus tetapi belum mengembalikan buku, maka biaya denda diganti dengan harga buku,” ungkapnya.
Fasilitas Masih dinilai Kurang
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik semester 5, Nurul izzah mengaku akses untuk ke perpustakaan sangat mudah dan praktis. Namun, ia menilai arahan atau petunjuk yang diberikan perpustakaan sangat kurang. Tidak jarang, hal tersebut membuat pengunjung bingung.
“Seharusnya, di depan pintunya tuh dikasih tata cara masuknya gitu. karena waktu aku awal ke perpus ada beberapa orang juga yang bingung. Mungkin sama dikasih petunjuk di setiap lantai, supaya mahasiswa tahu harus ke mana ketika mencari buku,” ujarnya.
Tanggapan lain juga datang dari mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) semester 5, Debi Alfa Diansyah. Ia menilai kurangnya penyediaan terminal listrik serta pengaturan suhu ruangan kadang luput dari pengamatan. Selain itu, penyediaan komputer penunjang kebutuhan mahasiswa saat berkunjung dinilai minim.
“Saran semoga sarana dan prasarana yang kurang segera terpenuhi dan semoga perpustakaan UIN Bandung jadi perpustakaan percontohan untuk universitas-universitas di seluruh Indonesia,” Pungkasnya.