JURNALPOSMEDIA.COM – Saat melangkah memasuki kawasan UIN Bandung, terdapat beberapa gedung dengan nama tokoh di sana. Namun tidak semua tahu siapa sosok nama di balik gedung tersebut. Ternyata mereka adalah sosok yang berjasa dalam sejarah.
1. Anwar Musaddad
Anwar Musaddad, seorang ulama sekaligus rektor pertama UIN yang semula bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bandung. Sosok yang diberkahi usia panjang hingga 91 tahun ini merupakan nama yang paling berjasa bagi berdirinya UIN.
Lahir di Garut 3 April 1909, beliau merupakan alim yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan lembaga akademis, namun tetap berdiri di atas tradisi pesantren. Tidak hanya seorang ulama, ia juga seorang pejuang.
Pada masa revolusi kemerdekaan, ia adalah pemimpin pasukan Hizbulllah saat melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah tanah air. Sempat ditangkap dan mendekam di penjara pada tahun 1948, ia akhirnya bebas dua tahun kemudian setelah pengakuan kedaulatan.
Selain dikenal sebagai akademisi, sosok yang piawai di perbandingan agama itu juga aktif berorganisasi. Ia tercatat sebagai pengurus Partai NU pada 1954-1956 sebagai A’wan Syuriyah.
Perjalanannya bersama IAIN dimulai saat Menteri Agama Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta. Di tahun 1967, ia ditugaskan merintis IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan menjadi rektor pertama hingga tahun 1972. Rasa hormat atas semua jasanya, namanya diabadikan pada gedung aula UIN Bandung.
2. Abdjan Soelaeman
Kemudian Gedung Abdjan yang terpampang jelas ketika memasuki kampus, itu adalah sosok dari rektor UIN kedua. Ia adalah rektor berlatar belakang TNI, Letnan Kolonel Abdjan Soelaeman.
Di saat rektor pertama Anwar Musaddad mengakhiri masa jabatannya di tahun 1972, Letkol Abjan Soelaeman telah menggantikan beliau dalam menjalankan roda perputaran kepemimpinan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Walaupun latar belakang beliau merupakan TNI, namun semangat juang keislamannya tidak lah luntur. Justru diperkuat dengan semangat juang kemiliterannya. Dasar Hubbul Watthan ia terapkan di kalangan UIN Bandung dengan maksud agar lebih mencintai agama dan negara yang berdasarkan aturan Islam.
Masa jabatannya tak lama, hanya satu tahun dari 1972-1973. Namun, walaupun begitu Letkol Abjan Soelaeman memiliki peran dan jasa dalam kemajuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Solahudin Sanusi
Kemudian tokoh ketiga adalah Solahudin Sanusi. Dilahirkan di Sukabumi 5 November 1935, Solahudin tak terhitung pengalamannya. Ia seorang dosen, rektor, pendiri pesantren bahkan penasehat ICMI Orwilsus Bogor dan aktif di berbagai seminar dan penelitian.
Namanya pun kini diabadikan pada salah satu gedung di kampus Sunan Gunung Djati Bandung. Tepatnya pada gedung laboratorium terpadu yang sekarang diubah namanya menjadi Gedung Solahuddin Sanusi. Posisinya bersebelahan dengan Gedung Aula Anwar Musaddad.
Dasar pemikiran yang mengutamakan hasrat berjamaah di lingkungan UIN Bandung. Mengantar dirinya pada beberapa tahapan pengembangan masyarakat UIN dengan melewati dua dimensi.
Pertama, dimensi socio-cultural, yakni masyarakat yang beriman, taat beribadah, bersatu, zunan, damai, tertib, bersih dan berakhlak mulia. Kedua, dimensi socio-economic welfare, yakni masyarakat yang dinamis, kreatif dan inovatif yang mampu mewujudkan kesejahteraan hidup yang merata.
Hal ini jelas memberikan pengaruh yang sangat luar biasa dalam perkembangan UIN Bandung. Maka oleh sebab itu, nama beliau dinobatkan sebagai salah satu nama gedung di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.