Sun, 24 November 2024

Dompet Digital, Solutif yang Kontradiktif

Reporter: Revy Lestari | Redaktur: Muhammad Fauzan P | Dibaca 256 kali

Sun, 1 December 2019
Ilustrasi berbagai macam E-Wallet di Indonesia. (Gambar: Detik.com)

JURNALPOSMEDIA.COM— Seiring pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, keperluan dan urusan manusia menjadi dimanjakan karena dibuat mudah. Hampir semua hal menjadi praktis dan canggih. Mulai dari keperluan untuk membayar sesuatu seperti air atau listrik, berbelanja di e-commerce. Kemudian ada penyewaan jasa kendaraan seperti Grab, Go-Jek atau Uber. Pemesanan makanan dan lain-lain pun dapat di akses melalui aplikasi tertentu. Hal-hal tersebut berkaitan erat dengan e-wallet.

E-wallet atau dikenal juga dengan istilah dompet digital belakangan ini popularitasnya makin mencuat, terlebih setelah dua pemimpin pasar pembayaran digital, yakni Go-Pay dan Ovo secara masif menawarkan berbagai promo menggiurkan. Tak ayal, penetrasi pembayaran lewat mobile ini pun hampir menginjak angka 30%, berdasarkan hasil studi dari lembaga riset independen FT Confidential Research. Selain Go-Pay dan Ovo, beberapa e-wallet yang umum digunakan antara lain OVO, Gopay, Dana, Link Aja, Jenius, dan lainnya.

Diantara fungsi e-wallet adalah untuk mempermudah masyarakat melakukan transaksi keuangan tanpa dikenakan biaya yang besar. Selama ini transaksi keuangan dilakukan secara online dari rekening bank. Akan tetapi karena regulasi dan aturan main yang ketat membuat alur transaksi menjadi lambat dan biaya per transaksi menjadi mahal (saat ini transaksi bank di kisaran antara Rp 3.000 sampai Rp 6.500 per transaksi).

Selain itu, apabila dibandingkan dengan penggunaan uang tunai, uang elektronik yang terdapat pada e-wallet diklaim dapat menekan angka percetakan uang kertas yang kotor, lusuh bahkan rusak. Karena ternyata, biaya untuk mencetak kembali uang kotor dan rusak tersebut tidaklah murah.

Belum lagi risiko yang menunjukkan bahwa penmakaian uang tunai cenderung memiliki kemungkinan dicuri yang lebih besar. Ditambah dengan kuman dan bakteri yang terdapat dalam uang kertas yang puluhan atau bahkan ratusan kali berpindah tangan.

Keberadaan e-wallet menjadi solusi tepat untuk digunakan karena beberapa risiko tersebut. Namun, dalam setiap hal pastilah memiliki sisi negatif. Adapun sisi negatif dari penggunaan e-wallet adalah cenderung menjadikan penggunanya memiliki perilaku konsumtif atau boros.

Karena kemudahan bertransaksi tersebutlah, maka menyebabkan masyarakat merasa bahwa mereka semakin sering menggunakan dompet digital mereka untuk berbelanja yang pada akhirnya masyarakat merasakan bahwa keuangan mereka semakin hari semakin boros.

Generasi milenial yang gemar jajan dengan mempunyai akses pembayaran yang mudah ini maka “jajannya semakin jauh”. Maksudnya adalah kalau sebelumnya mereka hanya bisa “jajan” di sekitar rumah atau kantor, maka dengan metode pembayaran ini mereka bisa melakukan pembayaran untuk jajan mereka yang letaknya lebih jauh dari lingkaran kantor dan tempat tinggal mereka dengan mudah.

Apalagi kemudahan ini dibantu dengan adanya aplikasi ojek online yang bisa membantu mengantarkan pesanan anda tanpa ada kendala jarak, selama masih di dalam kota yang sama.

Lalu, kira-kira hal apa saja yang bisa mencegah terjadinya pemborosan dalam menggunakan uang elektronik yang terdapat dalam e-wallet ini?

  1. Menggunakan e-wallet sebagai budgeting tool
    Apabila dilihat dari sisi positifnya, dompet digital bisa juga digunakan sebagai alat budgeting (budgeting tool) yang lebih praktis dan modern. Dengan dompet digital, tentunya ke mana uang kita pergi akan tercatat dengan rapi
  2. Tak perlu punya banyak e-wallet
    Setiap penyedia layanan dompet digital menawarkan promosi yang menggiurkan. Maka tak heran jika satu orang punya lebih dari satu dompet digital.
  3. Membagi dan membatasi sesuai kebutuhan
    Jika menggunakannya secara rutin, lama kelamaan kita akan bisa menakar berapa banyak uang yang diperlukan untuk mengisi dompet digital kita, misalnya untuk seminggu atau sebulan.

Fenomena e-wallet yang berada ditengah-tengah kita sebagai alat pemudah transaksi haruslah digunakan dengan arif. Karena sejatinya, manusia memang membutuhkan hal-hal yang dapat mempermudah urusannya. Hal tersebut dapat di atasi dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Tergantung kita sebagai pengguna dan pengambil manfaat dari kemajuan tersebut untuk menggunakannya dengan tepat dan bijaksana

 

 

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments