Fri, 26 July 2024

Sisi Positif Ospek, Bukan Ajang Senioritas

Reporter: Afifah Rahmah Nurdifa | Redaktur: Muhammad Fauzan P | Dibaca 379 kali

Thu, 11 July 2019
Ilustrasi senioritas dalam ospek. (Gambar: kompasiana.com)

JURNALPOSMEDIA.COM– Waktu terus berjalan cepat hingga tak terasa kini sudah memasuki tahun ajaran 2019/2020. Ospek atau Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus menjadi gerbang awal untuk memasuki tahun ajaran baru yang tentunya harus diikuti oleh seluruh mahasiswa baru. Walau beberapa tahun terakhir banyak beredar pengalaman mengerikan yang terjadi saat ospek, sebenarnya tujuan dari ospek sendiri memiliki esensi yang baik untuk mahasiswa baru.

Selain untuk pengenalan lingkungan sosial di kampus dan sistem perkuliahan di kampus tersebut, ospek menjadi ajang berkenalan dengan senior yang dapat membimbing mereka di awal perkuliahan. Tetapi karena banyaknya kasus perpeloncoan saat ospek, kegiatan yang memiliki tujuan baik ini jadi dipandang mengerikan oleh mahasiswa baru.

Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan ospek melibatkan perpeloncoan atau hal-hal buruk yang kerap kali diberitakan. Karena sering mendengar hal-hal negatif selama ospek, sisi positif nya tersingkir begitu saja.

Ospek sendiri pertama kali dilakukan sebagai kegiatan untuk mendisiplinkan mahasiswa baru di Universitas Cambridge, Inggris. Karena mayoritas mahasiswa baru dari keluarga terhormat mereka sering berbuat seenaknya, para senior merasa sulit mengatur mereka dan akhirnya perpeloncoan dilegalkan. Tentu saja dengan tujuan agar mereka menerapkan sikap sopan dan santun, juga hormat kepada yang lebih tua.

Sedangkan di Indonesia sendiri, ospek sudah ada sejak zaman kolonial yaitu di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Sampai akhirnya menjadi tradisi hingga kini dan menjadi kewajiban mahasiswa baru sebelum memasuki perkuliahan efektif. Sayangnya tradisi yang ada saat ini lebih menonjolkan sisi negatif danmenjadi ajang senioritas. Miris saat menyadari kegiatan ilegal yang dilakukan para senior menyebabkan adanya korban.

Jika sisi negatif dapat dihilangkan, kegiatan ospek pun menjadi awal yang baik untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus juga kehidupan perkuliahan. Pun adanya kegiatan yang bertujuan untuk mendisiplinkan mahasiswa ditujukan agar mereka melatih mental untuk lebih dewasa di jenjang pendidikan yang paling tinggi ini.

Seperti kegiatan ospek salah satu universitas di Singapura yang memiliki tema “Kindness Campaign” . Tema tersebut sudah menggambarkan kegiatan ospek mereka. Sederhananya mereka diberi tugas setiap hari selama ospek berlangsung, harus membuat 30 orang lebih bahagia, bisa dengan membuat kebaikan. Seperti halnya membantu pekerja manula dalam membersihkan stasiun kereta, terminal, toilet umum, atau bisa dari hal kecil seperti memberi senyuman dan hi-five kepada setiap orang agar lebih bersemangat menjalani hari.

Saat ini perlu adanya perubahan mindset mengenai ospek yang kejam dan hanya diisi dengan hal-hal negatif. Karena apapun kegiatan ospek yang bersifat kekerasan fisik, verbal, maupun psikologis sudah diatur dalam regulasi pendidikan. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 38/DIKTI/Kep/2000 yang juga ditegaskan dalam surat edaran no. 3120/D/T/2001 menjadi payung hukum. Jadi mahasiswa baru tidak perlu khawatir dalam menjalani ospek karena tanpa disadari akan banyak pelajaran baik yang dapat diambil.

 

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments