Thu, 23 January 2025

Digitalisasi Media Dalam Jurnalisme Investigasi

Reporter: Luqy Luqman Anugrah | Redaktur: Sherly Putri Febrianti | Dibaca 612 kali

Thu, 17 June 2021
Jurnalisme Investigasi
Ilustrasi Digitalisasi Media Dalam Jurnalisme Investigasi. (Rayna Nur Afina/Jurnalposmedia).

JURNALPOSMEDIA.COM – Di era media baru, digitalisasi menjadi topik pembahasan hangat setiap harinya. Khususnya dalam dunia jurnalisme. Namun hal ini tak terlepas dari perkembangan teknologi dan internet yang kian cepat.

Tak dapat dipungkiri, digitalisasi ini pun merubah pola konsumsi berita dari media konvensional ke media digital. Penggunaan internet yang tak terbendung, membuat para pengiklan mengalihkan penjualannya ke media digital. Terutama ke mesin pencari dan media sosial.

Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan mengapa iklan di media konvensional mengalami penurunan. Tak disangka fenomena ini pun turut menyumbang tutupnya sejumlah perusahaan media cetak beberapa tahun belakangan ini.

Tak berhenti sampai sini, digitalisasi juga mengubah cara kerja jurnalis. Digitalisasi mendorong media mengembangkan sayap digitalnya. Seolah mengisyaratkan adanya perubahan pola kerja baru yang membutuhkan penguasaan ekstra.

Digitalisasi dengan segala kemudahan dan kecepatannya juga memunculkan rujukan bahwa kualitas media sekarang dinilai dari kecepatan dalam menyediakan berita. Di mana media kini dapat diasumsikan memprioritaskan bisnis dan mengaibakan norma-norma jurnalisme itu sendiri.

Seharusnya, jurnalisme investigasi menjunjung tinggi norma-norma jurnalisme. Selain itu, menitikberatkan kebenaran, pengabdian pada masyarakat dalam pengaruh sosial, memiliki serta dampak yang dihasilkan dari sebuah karya jurnalisme investigasi. Sehingga bukan lagi dinilai dari kualitas perusahaan medianya, tapi dari sejauh mana media bisa menghasilkan liputan tersebut.

Sejatinya, jurnalisme investigasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, menyampaikan informasi melalui proses pendalaman, pengolahan data, penelitian, serta idealisme dan profesionalisme seorang jurnalis terhadap kebenaran.

Oleh karena itu, jurnalisme investigasi tak jarang membutuhkan proses yang panjang serta bertahap hingga mendapatkan suatu fakta yang bersifat rahasia. Di era digitalisasi inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi sebuah media untuk dapat berhasil dalam peliputan investigasi.

Peliputan ini membutuhkan modal yang cukup besar. Istilah modal di sini bukan semata-mata finansial saja. Tetapi sebuah kemauan, keberanian, dan ketekunan dari jurnalis itu sendiri. Jurnalis yang ingin serius dalam dunia investigasi sebaiknya harus memiliki  komitmen “berkorban sebelum menuntut pihak lain untuk berkorban”.

Perencanaan Investigasi

Setiap peliputan erat kaitannya dengan perencanaan. Begitupun ketika hendak melakukan peliputan investigasi. Garis besar perencanaan dalam sebuah liputan investigasi yakni:

  1. Membentuk tim
  2. Melakukan riset
  3. Menentukan angle dan merumuskan hipotesis
  4. Merancang strategi eksekusi

Ada dua tahap inti dalam eksekusi liputan investigasi yaitu  mencari bukti fisik dan mencari saksi yang mendukung bukti tersebut. Secara empirik, tercatat ada empat jenis narasumber di antaranya narasumbe petunjuk, narasumber utama, narasumber pendukung, dan narasumber ahli.

Teknik peliputan dalam investigasi terbagi menjadi dua yakni teknik penyamaran dan teknik observasi. Teknik penyamaran terbagi ke dalam tiga bagian yaitu penyamaran melebur, penyamaran menempel, dan penyamaran berjarak.

Di sisi lain, terdapat tujuh kegagalan dalam sebuah tulisan, di antaranya:

  1. Gagal menekankan segala yang penting
  2. Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung
  3. Gagal memerangi kejemuan pembaca karena terlalu banyak hal yang umum
  4. Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik
  5. Gagal mempraktikan tata bahasa secara baik
  6. Gagal menulis secara berimbang
  7. Gagal mengaitka diri dengan pembaca

Di samping itu, sebagai jurnalis investigasi yang hendak melakukan peliputan. Ada dua kode etik yang harus dipegang yakni Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Mengingat digitalisasi media semakin pesat, bagian paling penting dari sebuah peliputan adalah keamanan dan kerahasian narasumber untuk memberikan perlindungan terhadapnya.

Seorang jurnalis selain memiliki tugas untuk meyakinkan seseorang untuk berbicara, juga memiliki tugas menerangkan dampak yang timbul setelah orang itu berbicara.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments