Sun, 8 September 2024

Menjelang Kuliah Tatap Muka, Tenaga Pendidik UIN Bandung Lakukan Vaksinasi

Reporter: Sherly Putri Febrianti/Ghina Tsuroya | Redaktur: Suryadi | Dibaca 208 kali

Thu, 8 April 2021
UIN Bandung
Pegawai UIN Bandung berfoto setelah menerima vaksinasi di depan Gedung Anwar Musaddad, Kamis (8/4/2021). (Ghina Tsuroya/Jurnalposmedia).

JURNALPOSMEDIA.COM – Tenaga pendidik dan pegawai UIN Bandung melakukan vaksinasi di Gedung Anwar Musaddad. Kegiatan vaksinasi yang digelar selama empat hari (6-9 April 2021) ini guna mempersiapkan wacana kuliah tatap muka pada Juli mendatang.

“Vaksinasi ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menghadapi perkuliahan tatap muka. Tenaga pendidik harus dalam keadaan steril dan sudah kebal imunitasnya karena akan berhadapan langsung dengan para mahasiswanya,” ujar Sekretaris Klinik Pratama, Didi Sumardi saat ditemui Jurnalposmedia, Kamis (8/4/2021).

Menilik proses pravaksinasi, kampus UIN Bandung mengajukan sebanyak 1.436 tenaga pendidik dan pegawai untuk divaksin. Pemerintah menerima ajuan tersebut dan selama jalannya proses vaksinasi dibantu oleh Puskesmas Cipadung sebagai wilayah binaan.

“Sebanyak 1.436 orang yang akan divaksin, kami menargetkan 400 orang setiap harinya. Mengingat jumlahnya sangat banyak, jadi kegiatan ini diadakan sendiri (di kampus UIN). Selama keberlangsungan vaksinasi, kami dibantu oleh Puskesmas Cipadung,” ungkap Didi.

Ada beberapa syarat yang harus ditempuh sebelum vaksinasi. Pertama, kondisi badan seseorang sangat mempengaruhi layak atau tidaknya untuk menerima vaksin. Selain itu, bagi dosen dan pegawai yang memiliki riwayat penyakit harus ada surat rekomendasi dari dokter.

Salah satu dosen Ilmu Komunikasi Jurnalistik, A.S. Haris Sumadiria mengatakan bahwa selama proses vaksinasi (kemarin) berjalan dengan lancar tak ada kendala sedikitpun serta tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Kemarin saya divaksin, dari awal sa  mpai akhir terlihat sangat sesuai dengan protokol kesehatan, aman, tertib, dan juga lancar,” tutur Haris saat dihubungi via WhatsApp.

Vaksin yang digunakan dalam program ini yaitu vaksin Sinovac. Pada sebagian orang efek sampingnya dapat berupa rasa kantuk, nyeri ringan, merasa kelelahan, bahkan demam. Lain halnya dengan Haris, ia mengaku tidak merasakan apapun setelah dirinya divaksin.

“Saya tidak merasakan apa-apa, tidur nyenyak, badannya tetap fit, dan juga segar. Mungkin efek samping itu balik lagi kepada orangnya, ada yang efeknya besar dan ada juga yang tidak merasakan apapun seperti saya,” jelas Haris.

Berbicara tentang rencana vaksin kedua, Didi mengaku masih mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi, mengingat jatuhnya jadwal vaksin kedua ini ketika bulan Ramadan dan seminggu menjelang Idul Fitri.

“Masih dipertimbangkan, khawatirnya jika dilakukan ketika bulan puasa maka kondisinya akan melemah. Kemungkinan besar, vaksin tahap dua ini dilakukan setelah lebaran,” tegas Didi.

Mahasiswa Manajemen Keuangan Syariah, Diki Supriadi berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan vaksinasi untuk mahasiswa. Mengingat elemen penting dari perkuliahan tatap muka juga adalah mahasiswa, sehingga keduanya harus berimbang.

“Saya ingin divaksin jika memang vaksin ini sudah teruji, karena saya percaya ini sebagai upaya agar wacana perkuliahan bulan Juli ini dapat terealisasikan. Oleh karena itu, besar harapan saya jika vaksinasi dapat menunjang perkuliahan tatap muka, “ ungkapnya saat dipintai keterangan via WhatsApp.

Baik Didi maupun Haris keduanya berharap ada jatah vaksinasi untuk mahasiswa, agar wacana tidak hanya sekedar wacana, kegiatan vaksinasi yang dipercaya sebagai langkah untuk memutus penyebaran rantai Covid-19 dapat merealisasikan perkuliahan tatap muka ini.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments