Sun, 24 November 2024

Mengenal Imobilitas Tonik, Kelumpuhan Pada Korban Pelecehan

Reporter: Prise/Magang | Redaktur: Sherly Putri Febrianti | Dibaca 590 kali

Tue, 22 June 2021
Imobilitas Tonik
Ilustrasi: Suara.com

JURNALPOSMEDIA.COM – Masih saja banyak orang yang menyalahkan korban pelecehan seksual. Cenderung menyudutkan korban dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Menyalahkan pakaian yang dikenakan korban atau lebih mirisnya dengan pertanyaan seperti “Mengapa tidak melakukan pelawanan?”.

Padahal yang sebeneranya terjadi korban mengalami tonic immobility atau imobilitas tonik. Yakni, saat korban diam terpaku seolah tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya (kelumpuhan sementara). Ini dikaitkan dengan syok yang dialami terlalu berat. Sehingga jangankan untuk lari atau menepis, berteriak dan berkata pun mereka tak bisa.

Menilik studi yang diterbitkan jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS) pada 2017. Dari 298 perempuan yang diteliti, 70 persen dari mereka melaporkan mengalami imobilitas tonik dan 48 persen lainnya mengalami imobilitas tonik ekstrem saat dilecehkan.

Studi ini juga menunjukkan bahwa skor imobilitas tonik lebih tinggi dialami korban pelecehan seksual dibandingkan dengan jenis  trauma. lainnya Seiring dengan reaksi stres peritraumatik, imobilitas tonik telah dikaitkan dengan perkembangan gangguan stres pascatrauma (PSTD).

Bahkan, wanita yang pernah mengalami imobilitas tonik dua kali berisiko lebih tinggi menderita kekambuhan PTSD. Selain itu, wanita yang berulang kali mengalami imobilitas tonik dapat menderita depresi berat.

Menurut Scientific Amercian, kelumpuhan ini merupakan satu dari enam perilaku pertahanan yang diaktifkan secara otomatis pada hewan dan manusia.

Enam kelumpuhan tersebut di antaranya.
  1. Arousal (kewaspadaan terhadap kemungkinan bahaya)
  2. Pembekuan (untuk sementara menahan pelarian atau pertarungan sambil menilai tingkat kebahayaan)
  3. Lari atau bertarung
  4. Imobilitas tonik
  5. Imobilitas kolaps (pingsan karena ketakutan)
  6. Imobilitas diam (keadaan istirahat berikutnya yang mendorong penyembuhan)

Nah, sudah paham kan mengapa korban pelecehan kerap kali tidak melawan saat mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orang lain? Jadi, mulai sekarang berhenti menyudutkan korban pelecehan, ya!

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments