Sun, 24 November 2024

Kecamuk Sastra Dalam Media Massa

Reporter: Rafa/Kontributor | Redaktur: Lisna | Dibaca 1229 kali

Tue, 8 May 2018
Doc:bloktuban.com

JURNALPOSMEDIA.COM– Secara umum, media massa terbagi menjadi tiga yakni media cetak, media online, dan media elektronik, yang sama-sama menyuguhkan informasi aktual. Tak luput juga dengan sastra, sastra dan media massa tentunya saling berkaitan. Asosiasi antara keduanya tentu memiliki nilai-nilai berdasarkan penggunaannya, apapun yang bersifat penting, unik dan menarik bisa dipublikasikan dengan mudah lewat media, begitu pun dengan karya sastra.

Jika dilihat dari sudut pandang media massa dinikmati oleh penikmat yang masing-masing tipenya berbeda. Ada yang membutuhkan informasi dengan sarat aktualis, adapun yang hanya sekedar mencari hiburan dan menikmati nilai estetisnya saja. Salah satu sasaran para penikmat media massa yang hanya sekedar mencari hiburan dan nilai estetisnya ialah tulisan sastra.

Walaupun hanya sesekali, tentunya kita sudah pernah membaca karya-karya sastra diberbagai media salah satunya yang terbit di koran minggu. Jujur saja saat membaca berbagai karya sastra yang terbit di koran minggu terkadang kita tidak mengerti alur cerita dan gaya bahasa yang digunakan.

Namun karena terbelenggu suatu dogma atas karya tersebut yang tembus di media massa, pada akhirnya sikap kritis kita sebagai pembaca terbunuh sudah. Padahal banyak sekali peluang kritik dalam suatu karya sastra.

Sastra tak hanya ditemukan dalam tekstual saja, dalam kontekstual pun kita dapat menemukannya. Karya sastra tak hanya berupa cerpen, puisi, prosa, namun dapat juga ditemukan dalam pertunjukan drama ataupun teater yang ada di atas panggung. Dan pastinya semua itu dapat kita nikmati melalui media massa.

Sejalan dengan dibutuhkannya sastra bagi manusia, maka banyak karya sastra yang dilahirkan. Ada sebagian media yang memberi ranah kosong untuk bernafasnya karya sastra. Tentunya, media seperti ini membantu para sastrawan senior dan junior untuk mengeksistensikan karyanya.

Tak sedikit pula media yang tidak menghadirkan sastra sebagai oase kehidupan. Mungkin bagi mereka ini tidak penting untuk dikonsumsi oleh para pembaca. Sebenarnya sastra bukan hanya sekedar tulisan tak bermakna, karya sastra itu hidup dan mempunyai atma.

Suatu polemik pernah saja terjadi saat karya sastra tidak dimuat dalam media massa. Pada dasarnya karya sastra diterbitkan atas penyeleksian, tidak asal jadi. Hal ini guna untuk mempertahankan kualitas agar media massa tersebut bernilai tinggi dimata dunia. Namun tak jarang dari mereka yang membanting keras tubuh kesusastraan tubuh mereka karena penolakan sastra yang mereka anggap sudah tak menerimanya kecuali jika mereka menjadi hamba pada media massa.

Sebenarnya kita itu menghidupi sastra, bukan hidup dari sastra. Maka dari itu, pencapaian karya sastra tak harus melulu dimuat di media. Sebuah hal besar yang harus kita lakukan saat ini ialah mengubah dan mematahkan paradigma kesusastraan atas dogma yang mengatakan bahwa media itu sebagai tolak ukur nilai estetis suatu karya sastra.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments