JURNALPOSMEDIA.COM-Pusat layanan psikologi yang dimiliki Fakultas Psikologi UIN Bandung, sudah hampir 11 tahun bediri. Tetapi, masih kerap asing di telinga mahasiswa. Padahal layanan tersebut dapat digunakan oleh civitas acamedica maupun masyarakat diluar kampus.
Pusat Layanan Psikologi ini diawali oleh para penggagas Fakultas Psikologi, di latar belakangi karena banyaknya keluhan dari mahasiswa Psikologi yang ingin berkonsultasi. Hal tersebut membuat banyak dari mahasiswa yang datang secara personal ke setiap dosen. Pada awal berdirinya, pelayanan psikologi hanya diperuntukan bagi mahasiswa Psikologi saja. Tetapi, layanan ini semakin berkembang dan mulai menerima mahasiswa diluar Fakultas Psikologi. Selain itu pun, masyarakat sekitar bisa menggunakan pelayanan psikologi tersebut.
“Sebetulnya pusat layanan Psikologi ini sudah lama, saya masuk tahun 2010. Hanya dulu namanya Biro Pelayanan Psikologi (BPP) yang dipegang oleh Ibu N. Kardinah. Baru sekitar tahun 2015 kita berganti nama menjadi Unit Pelayanan Psikologi,” ujar Ketua Unit Layanan Psikologi Tintin Supriyatin, Rabu(10/4/2019).
Tintin menjelaskan jika dulu tidak adanya pungutan biaya atau berjalan secara sukarela, hal tersebut diberikan atas kebijakan para pengelola. Sekitar tahun 2017/2018 akhirnya Rektor UIN Bandung, Mahmud mengeluarkan keputusan terkait pembiayaan layanan psikologi. Tetapi, berbeda untuk mahasiswa UIN dari angkatan 2017-2019 yang telah tercover untuk diberikan layanan psikologi. Khusus konseling saja tidak akan ditarik biaya, di luar layanan konseling harus berbayar sesuai dengan aturan.
Belum adanya ruangan yang memadai membuat pengelola belum berani untuk melakukan sosialisasi lebih lanjut kepada para mahasiswa. Namun, Tintin menyatakan bahwa pernah ada wacana dari Rektor mengenai akan dibangunnya gedung pelayanan psikologi. Hal tersebut berupaya agar mahasiswa mengetahui kemana harus melakukan konsultasi.
Mahasiswa Fisika semester 4, Fahmi Azkar, mengaku tidak mengetahui adanya unit layanan psikologi tersebut, “Saya baru dengar sekarang, belum tahu adanya layanan psikologi itu. Tetapi, saya mempunyai niat datang supaya bisa memecahkan masalah dan mungkin setiap manusia tidak bisa hidup sendiri dan butuh tempat curhat juga, bagus menurut saya,” pungkasnya.
Berbeda halnya dengan mahasiswa Sosiologi semester 2, Nur meily mengungkapkan pernah mendengar sekilas perihal layanan tersebut, “Sekilas dari yang pernah didengar, layanan ini padahal penting untuk di sosialisasikan. Satu sisi, bisa menjadi solusi bagaimana mahasiswa lebih bijak dalam menyelesaikan masalah,” pungkasnya.
Kru Liput:
- Inayah Avianisa/Kontributor
- Muhammad Wisnusyah/Kontributor
- Yoldy Yandra/Kontributor