Thu, 18 April 2024

Ekky Krismawan, Produsen APD Beromzet 150 Juta Per Minggu

Reporter: Abdul Hayyi | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 216 kali

Wed, 27 May 2020
membuat apd
Petugas medis dan kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) Waterpoof Hazmat Protection Suit produksi Ekky dan tim dalam Explore Store Project.

JURNALPOSMEDIA.COM – Sebagai garda terdepan dalam menangani pasien positif Covid-19, tenaga medis dan tenaga kesehatan memiliki risiko tinggi terinfeksi virus. Terlebih, belakangan ini marak diberitakan minimnya persediaan alat pelindung diri (APD) bagi mereka. Melihat kejadian itu, milenial asal Banjaran, Kabupaten Bandung, Ekky Veby Krismawan (26) berinisiatif memproduksi APD. Dalam seminggu, omzetnya mencapai 150 juta.

Mulanya, wirausahawan yang bergerak di bidang produksi peralatan outdoor berlabel Explore Store Project itu hanya berniat membuat APD untuk diberikan kepada fasilitas kesehatan. Berkaca dari pengalamannya yang sempat terbaring di rumah sakit pada Februari lalu, dan melihat sulitnya tenaga medis dan tenaga kesehatan menangani pasien Covid-19. Bulan Maret, Ekky memutuskan mengunggah sampel foto APD buatannya di media sosial.

Alhamdulillah, baru dua menit posting foto, langsung ada 12 lusin pemesan. Padahal, waktu itu saya belum ada bahan yang cukup untuk memenuhi semua pesanan itu. Tapi, semua bisa diatasi setelah merekrut teman-teman yang dirumahkan. Juga bekerja sama dengan beberapa pabrik tekstil untuk memenuhi pesanan,” tutur Ekky saat diwawancarai Jurnalposmedia via telepon, Selasa (26/5/2020).

Ia mengungkapkan 30% produksi peralatan outdoor-nya menurun di tengah pandemi ini. Lantas, hal itu juga membuatnya tergerak untuk mengisi waktu dengan membuat APD. Sekaligus, mempekerjakan kembali rekan-rekannya yang dirumahkan dari pekerjaannya. Sejauh ini, katanya, ada tiga jenis APD yang telah dibuat, yakni Hazmatsuit, Jumpsuit, dan Kimono.

“Karena kami terbiasa membuat peralatan outdoor, kami buat (APD) menggunakan hazmatsuit agar stabilitasnya terjaga dan meningkatkan pembuatannya yang lebih rapih dan bagus. Kami mendapatkan respons yang baik dari tenaga medis dan mereka senang memakai APD yang kami buat. Partner kami di berbagai daerah, seperti Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai Papua memesannya beberapa kali,” jelas Ekky.

Variasi Produksi APD
membuat apd
Para petugas medis dan kesehatan mengenakan APD beraneka warna. (Sumber: dok.pribadi Ekky Veby Krismawan, Explore Store Project)

Tingkatan kualitas APD yang dibuat, di antaranya medium, premium, dan professional. Kualitas medium hanya bisa digunakan sekali pakai karena berbahan spoundbound atau setengah kertas. Sementara itu, premium dan professional menggunakan bahan polyester dan kain parasut yang berbeda, itu bisa dicuci dan dipakai beberapa kali. Kualitas medium dibanderol Rp65.000,00, premium Rp135.000,00, dan professional Rp155.000,00.

Awalnya, APD hanya diproduksi sebanyak 200 buah. Kini, produksinya bisa mencapai 750 buah per hari. Menurut Ekky, itu tidak terlepas dari kerja sama dengan pabrik tekstil dan toko langanannya untuk membeli bahan baku APD. Ekky dan tim, membuat APD dengan berbagai warna agar memberikan kesan ceria dan tidak monton. Tentunya, tanpa mengurangi kualitasnya.

“Pihak medis meminta agar membagikan APD secara gratis. Bisa saja kami berikan gratis, hanya saja bahannya juga harus membeli dan membutuhkan tenaga banyak orang. Saya putuskan untuk menjualnya, tapi tidak lupa saya juga tetap memberikan kepada Rumah Sakit terdekat, tenaga medis, dan relawan secara gratis,” ujar Ekky. Ia pun menyayangkan konsumen yang membeli kualitas medium atau sekali pakai. Menurutnya, itu boros dari segi bahan dan tenaga.

Ekky dan tim mengaku miris terhadap tenaga medis di sebuah rumah sakit -yang tidak disebutkan namanya- masih menggunakan jas hujan berbahan plastik sebagai APD. Mereka pun memutuskan untuk mengirim satu lusin APD untuk rumah sakit tersebut. Mungkin, kata Ekky, karena tidak adanya petunjuk teknis (juknis) yang jelas tentang penggunaan APD, perawat terpaksa menggunakannya demi menyelamatkan nyawa pasien.

Kendati meraup keuntungan dari usahanya, Ekky berharap pandemi ini segera berakhir, “Saya berpikir itu tidak adil bagi orang lain. Karena tidak enak dalam posisi ini, banyak orang kesusahan dan saya dalam hal ini diuntungkan. Walaupun saya juga mempekerjakan para buruh pabrik yang dirumahkan dan lulusan SMA guna menambah dana untuk kuliah,” tutupnya.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments