JURNALPOSMEDIA.COM – Gus Miftah, yang menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden untuk isu-isu kerukunan umat beragama, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah ini dilakukan menyusul kontroversi terkait candaan yang ia lontarkan kepada seorang penjual es teh, yang menuai kritikan tajam dari publik.
Dalam pernyataan resminya, Gus Miftah menyebut, pengunduran diri ini adalah bentuk tanggung jawab atas polemik yang muncul.
“Saya merasa perlu mundur agar isu ini tidak semakin membesar dan menjadi penghalang dalam tugas saya maupun pemerintah untuk menjaga kerukunan umat beragama,” ungkapnya.
Keputusan Gus Miftah ini mendapat berbagai respons dari masyarakat. Beberapa menilai langkah tersebut sebagai bentuk kesadaran diri, sementara yang lain menganggap bahwa seharusnya pemecatan dilakukan lebih dulu oleh pemerintah.
Burhanudin, seorang warga yang diwawancarai, menyampaikan apresiasinya terhadap keputusan ini.
“Bagus, Gus Miftah mengundurkan diri atas dasar kasus es teh itu menurut saya adalah hal yang bagus, karena bentuk tanggung jawab atau konsekuensi. Dalam artian, tidak menjadikan kekuasaan itu jadi segalanya, bahkan yang katanya hanya karena candaan. Terlepas dari itu, keputusan ini menurut saya sudah sangat bagus dan tepat,” ujarnya, Sabtu (7/12/2024).
Namun, tidak semua pendapat mendukung sepenuhnya keputusan ini. Mimin Siti Aminah, seorang ibu rumah tangga, memberikan pandangan yang lebih kritis.
“Menurut saya bagus ya, cuma memang candaan begitu bukan kali pertama, jadi kayak kenapa baru yang sekarang gitu. Cara beliau ceramah juga kurang banget. Tapi terlepas dari itu ya Alhamdulillah kalau menyadari. Tapi sebetulnya dari Pak Prabowo harusnya diberhentikan aja, bukan mengundurkan diri,” katanya.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa seorang tokoh publik, terutama yang menjabat dalam posisi strategis seperti utusan khusus presiden, harus menjaga sikap dan ucapannya. Candaan yang dianggap sepele bisa menimbulkan dampak besar di era digital yang serba cepat.
Meskipun Gus Miftah telah mengundurkan diri, diskusi di kalangan masyarakat tetap berkembang, terutama mengenai bagaimana pemerintah menangani isu-isu serupa di masa mendatang. Beberapa pihak berharap, kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi semua, baik tokoh publik maupun masyarakat umum, untuk lebih bijak dalam berucap dan bertindak.
Kini, perhatian tertuju pada siapa yang akan menggantikan posisi Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden. Masyarakat juga berharap agar pemerintah semakin memperhatikan integritas dan kredibilitas tokoh yang diangkat untuk jabatan strategis.