Fri, 13 December 2024

Syahreza Faizal: Pertahankan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing

Reporter: Nazmi Syahida | Redaktur: Muhammad Fauzan P | Dibaca 300 kali

Wed, 18 December 2019
Sastrawan Jawa Barat, Syahreza Faizal dalam memaparkan materi dalam Seminar Kesastraan, Karnaval Bahasa Arab 2019. Bertempat di Gedung Abjan Soelaeman UIN Bandung. Rabu, (18/12/2019). (Nazmi Syahida/Jurnalposmedia)

JURNALPOSMEDIA.COM-Menyambut Hari Bahasa Arab Sedunia, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) UIN Bandung menggelar Karnaval Bahasa Arab (Karbah) 2019. Bertajuk “Habituasi Dalam Sadjiwa, Selaras Padu Dengan Bahasa”. Rangkaian acara terakhir yakni seminar kebahasaan dan kesastraan di Gedung Abjan Soelaeman UIN Bandung, Rabu (18/12/2019)

Rangkaian kegiatan yang beragam diantaranya, ghina arabi, taqdimul qisshos, esai, kaligrafi, debat arab, MQK, khitabah. Pun, hadirnya kegiatan olahraga yakni futsal, bulutangkis dan voli. Acara ditutup dengan seminar kebahasaan, dengan pemateri diantaranya Sastrawan Jawa Barat, Syahreza Faizal dan mewakili balai bahasa Jawa Barat, Asep Juanda. Seminar tersebut juga dimeriahkan seorang musisi, Aji Bangkit.

Ketua HMJ BSA, Zaenudin Ikhsan mengungkapkan, dengan adanya hari bahasa, tidak menjadikan kita luput pada bahasa indonesia.

“Mengenal berbagai kultur, bahasa, dan sastranya, dengan begitu maka bisa mencintai bahasa indonesia,” ungkap Zaenudin dalam sambutannya.

Syahreza Faizal pada pemaparannya menjelaskan, zaman jahiliyah puisi itu disampaikan secara personal. Tidak untuk dituliskan tetapi untuk dilafalkan. Alasan puisi zaman dulu tidak sampai hingga zaman sekarang, karena dilafalkan dan diharamkan di zaman sekarang. Puisi pra islam berupa nyanyian, atau nasyid.

“Pada zaman dulu banyak karakteristik puisi, tidak seperti yang tersebar di media sosial seperti instagram. Juga hadirnya kepentingan ekonomi, kekuasaan, patriotisme. Terhentilah kebudayaan lisan dan tumbuhnya kebudayaan tulisan,” tuturnya.

Lanjut Syahreza, sastra jika diterjemahkan bahasanya akan hancur, tidak memiliki keaslian. Secara dramatika bahasanya menjadi berubah. Sebagai sastrawan, ia merasa kesal karena bahasa indonesia tidak punya akar, tidak punya identitas. Terlebih jika sastra arab diterjemahkan akan menjadi hancur.

Syahreza mengungkapkan, bahasa nasional itu untuk komunikasi antar daerah etnis. Bahasa asing diperlukan untuk mengkaji keilmuan asing. Juga, digunakan komunikasi antar penduduk indonesia dengan  orang asing.

“Pertahankan bahasa daerah, kuasai bahasa asing, indonesia bahasa wajib,” ungkapnya.

Ketua Pelaksana, Gufron Nul ‘Amin berharap hadirnya Karbah 2019 ini, khususnya untuk BSA lebih terbiasa dengan bahasa arab itu sendiri, dan umumnya untuk seluruh masyarakat UIN Bandung.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments