JURNALPOSMEDIA.COM- Kondisi pandemi tidak serta merta mengkungkung ide kreatif beberapa anak muda di Tasikmalaya. Label pemuda kreatif dan inovatif kiranya pantas disematkan untuk para founder Online Tasik Selatan (OTS) ini.
Mereka menyebut tim inovator tersebut dengan nama Nine Teams. Sesuai dengan julukannya nine, tim ini terdiri dari sembilan mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka adalah Muhamad Rafli Al Ramdani, Nur Muhamad Taufik, Abdul Wahid, Siswanto, Alna Nuraina Latif, Depitasari, Hopi Khofifah, Rahma Nur Adiati dan Rizki Ahmad Pauzan.
Dari kesembilan mahasiswa inilah, muncul bisnis start up yang bergerak di bidang transportasi online dengan nama Online Tasik Selatan (OTS) yang diluncurkan pada 28 Agustus 2020 lalu. Pengkuhususan wilayah Tasik Selatan dimaksudkan pada wacana pemekaran Tasikmalaya yang dicanangkan pemerintah daerah.
Salah satu founder, Abdul Wahid tampak sedikit menyunggingkan senyum saat ditanya tujuan dirintisnya aplikasi OTS. Ia menyebut ada dua poin penting tujuan dibentuknya OTS, yaitu memberi kemudahan bagi para pengguna yang terfokus di Tasikmalaya Selatan. Juga bertujuan untuk mengembangkan potensi anak muda di sana.
“Makanya dari sini kita menciptakan aplikasi OTS ini, untuk mempermudah yang males beli makanan. Kalau ada OTS kan bisa pesan lewat OTS, jadi gitu gagasannya, ingin mempermudah,” katanya, Kamis, (29/10/2020).
Upaya mereka berbuah manis, setelah dua bulan diluncurkan, survey yang mereka lakukan menunjukkan bahwa 95 persen warga Tasik Selatan antusias dengan hadirnya aplikasi OTS. Pengguna aplikasi melonjak hingga 1.925 orang dengan 30 driver yang tersebar dari kalangan siswa dan mahasiswa, serta terus progresif.
“Responsnya bagus. Dengan adanya aplikasi ini, ia (para driver) jadi jarang minta (uang) ke ibunya (lagi). (Terlebih) menyentuh hati saya, (karena) sekarang saya tau bahwa cari uang itu susah,” lirih Wahid.
Jasa yang saat ini tengah difokuskan hanya pada fitur food dan market. Sedangkan untuk jasa antar jemput klien, belum rilis, “Ngojek ride dan car belum dibuka. Masih menghargai ojek pangkalan (Opang), apalagi Corona gini,” imbuh founder lain, Rafli.
Media sosial Instagram dan Facebook mereka manfaatkan untuk menjangkau kalangan yang lebih luas. Dengan harapan pelaku Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) yang berada di Tasik Selatan bisa terbantu. Namun setidaknya aplikasi OTS sudah berhasil bermitra dengan hampir 100 restoran.
Proses Awal Terbentuknya Aplikasi OTS
Walau berbeda almamater kampus, sembilan mahasiswa tersebut merupakan alumni dari satu sekolah yang sama, serta seluruhnya merupakan peraih Beasiswa Bidikmisi di kampusnya. Mereka dipersatukan menjadi satu tim saat mengikuti Kegiatan Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) oleh Kemenristekdikti yang berfokus pada bidang aplikasi dan prakarya.
Tujuannya untuk membuat gagasan menyelesaikan permasalahan kebudayaan, “Kita terjun di aplikasi, cuma (memang) belum ada hubungnya dengan OTS. Kita menceritakan KBKM, karena disitulah terbentuknya chemistry team,” celetuk Rizki Ahmad Pauzan.
Justru ide awal muncul saat Muhamad Rafli Al Ramdani bekerja sebagai ojek online (Ojol) di Bandung. Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Univerisitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini merasa, selama beberapa bulan belakangan alami sepi orderan. Hal tersebut akhirnya membuahkan ide untuk menciptakan aplikasi semacam Go-Jek di kampung halamannya.
“Saya berfikir bagaimana kalau ngojeknya di kampung. Disini (Bandung) orderan sepi, terlebih ini di kampung orang. Akhirnya saya cari informasi tentang pembuatan aplikasi, dan dapat informasi ada programmer,” ceritanya pada tim Jurnalposmedia, Kamis, (29/10/2020).
Diakhir, mereka berharap betul agar sebelum jasa transportasi online pendahulu, seperti Go-Jek atau Grab masuk ke daerahnya. Pemerintah terlebih dulu mendukung penuh hasil cipta karya putra daerah yang terwujud dalam aplikasi OTS ini.