JURNALPOSMEDIA.COM – Belakangan ini ramai penghapusan mural bernada kritik terhadap pemerintah. Di antaranya mural “Jokowi 404: Not Found”, dan “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit”. Penghapusan ini pun menuai banyak komentar dari warganet di jagat media sosial.
Salah satu karya seni yang sempat ramai diperbincangkan yaitu mural bertuliskan “Tuhan, Aku Lapar!!”. Mural hasil karya anggota komunitas Halfway Street Connection (HSC) ini dibuat pada Sabtu (17/7/2021) lalu.
Namun, tak lama setelah foto mural itu di posting dan viral di media sosial, mural tersebut langsung dihapus oleh aparat setempat dengan cat hitam.
Kritik Lewat Mural, Berujung Penghapusan
Salah satu anggota HSC, Ohaiyoh mengatakan tidak masalah karya tersebut dihapus, namun menyayangkan sikap aparat yang terlalu represif.
“Gak masalah, cuma yang kami sayangkan adalah ketika tindakan aparat terlalu represif kepada kami, sampai kami disuruh membuat keterangan dan video permintaan maaf yang kami pun tidak tau salah kami apa, dalam tulisan tersebut yang hanya ungkapan doa,” ungkapnya, Jumat (20/8/2021).
Menurutnya, ide mural berangkat dari keresahan masyarakat yang terkena dampak ekonomi akibat pandemi, dipilihlah “Tuhan, Aku Lapar!!” sebagai ungkapan suara rakyat.
Ohaiyoh menambahkan, mural yang ditulis dengan cat putih ini berlokasi di pertigaan Katomas, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang agar dapat menarik perhatian masyarakat. Para seniman HSC membuat mural pada pukul 22.00 WIB dengan menerapkan protokol kesehatan dan tidak membuat kerumunan.
Dibalik aparat yang menghapus karya mural “Tuhan Aku Lapar!!”, ia mengaku mendapat dukungan dari warga setempat dan media sosial.
”Banyak yg mendukung kami, banyak yg tersuarakan, banyak yang terwakilkan,” tuturnya.
Setelah kejadian penghapusan tersebut, Ohaiyoh mengaku komunitasnya tidak akan menyerah dan berhenti dalam mengkritik lewat karya.
“Hapus satu, tumbuh seribu,” tegasnya.
Hal senda juga diungkapkan seniman lainnya, Nurul Yumna Haura mengatakan tidak setuju dengan penghapusan mural bernada kritik pemerintah. Menurutnya, kejadian tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa pemerintah anti kritik.
“Seniman mural atau grafiti jangan berhenti berkarya, terus berkarya, kasih tahu ke orang-orang kalau mural itu bukan tindak kriminal,” pungkasnya.