JURNALPOSMEDIA.COM – Meylani Yulianengsih adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negri (SMKN) 2 Baleendah Jurusan Kimia Industri yang lahir pada 25 Mei 2008 di Bandung.
Di usianya yang masih muda, ia sudah menunjukkan ketekunan luar biasa dengan menyeimbangkan peran sebagai pelajar dan atlet karate.
Saat ini, ia tinggal di Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, dan duduk di kelas 12. Anak bungsu dari dua bersaudara ini mulai mengenal karate sejak duduk di Taman Kanak-Kanak (TK). Ketertarikannya berlanjut hingga jenjang Sekolah Dasar (SD), dan terus berkembang saat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Meski berasal dari keluarga atlet, bela diri belum pernah menjadi pilihan anggota keluarganya. Justru Meylani yang mempelopori. Sang kakek adalah orang pertama yang mendorongnya menekuni arate secara serius.
Meylani mengungkapkan, ketertarikannya muncul dari dorongan pribadi, bukan paksaan keluarga. Ia merasa karate sesuai dengan kepribadiannya yang aktif dan emosional. Bela diri menjadi sarana menyalurkan energi sekaligus belajar mengontrol diri.
“Saya memang anak yang aktif. Karate menjadi cara saya menyalurkan dan mengendalikan emosi. Orang perempuan yang ber-karate jarang, jadi saya merasa lebih seru,” ujarnya saat diwawancarai Minggu (8/6/2025).
Debutnya dalam pertandingan terjadi saat Sekolah Dasar (SD) dengan meraih juara tiga, meski ia belum menguasai banyak teknik. Sejak itu, jalan karate Meylani terus menanjak. Latihan keras dijalani hampir setiap hari, dari pagi hingga sore, bahkan setelah pulang sekolah.
Selama bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 1 Pameungpeuk, latihan tetap ia jalani secara konsisten. Pada masa ini, ia berhasil meraih Juara 1 Kadet Kata Perorangan Putri dalam ajang 2nd Dasril Muchtar Cup 2024, yang memperkuat semangatnya untuk terus berkembang.
Memasuki masa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), prestasinya terus berlanjut. Ia berhasil meraih Juara 2 Kadet Kata Perorangan Putri dalam Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan Cup V 2023, sebuah kejuaraan yang semakin membuka jalannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Meylani menceritakan latihan keras ia jalani hampir setiap hari, dari pagi hingga sore, bahkan setelah pulang sekolah. Cedera tidak terhindarkan, seperti dislokasi bahu, cedera pergelangan kaki, dan nyeri lutut. Namun semangatnya tidak pernah padam.
“Capek dan risiko cedera itu banyak. Dislokasi, ankle, semuanya sudah saya alami. Itu adalah titik terberat dalam perjalanan saya,” ungkapnya.
Meylani mengungkapkan pembagian waktu menjadi tantangan berat karena kesibukan kerap bertabrakan dengan kegiatan sekolah. Ia pernah mengalami penurunan nilai karena fokusnya pada karate. Meski begitu, ia terus berusaha menyeimbangkan keduanya. Baginya, Karate lebih dari sekadar olahraga.
“Di karate, saya menemukan jati diri, keluarga, pertemanan yang sehat dan sportif,” katanya.
Sejauh ini, Meylani telah menorehkan banyak prestasi. Ia sering mewakili dojo-nya dalam berbagai kejuaraan nasional, seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karate Cup V 2025, di mana ia berhasil meraih Juara 3 Kumite U21 +68 kg Putri. Lawan-lawan tangguh, termasuk atlet kejurnas dan timnas, pernah ia hadapi.
Meski sempat gentar, Meylani mengakui bisa bertanding melawan atlet nasional dan internasional adalah pencapaian tersendiri. Pengalaman itu membuatnya sadar sudah berkembang jauh dan berada di jalur yang tepat menuju level profesional.
“Saya sadar bahwa saya sudah hampir setara dengan mereka,” ujarnya dengan bangga.
Impian Meylani belum selesai. Saat ini, ia tengah mempersiapkan diri untuk ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) dan berharap lolos ke tingkat nasional, Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS). Dalam jangka panjang, ia ingin menjadi atlet nasional dan menginspirasi anak muda lain.
Meylani juga mengungkapkan, perjuangan adalah bagian dari proses yang harus dijalani. Ia percaya anak muda harus tahu kapan saatnya serius dan kapan harus istirahat.
“Jangan terlalu fokus pada masa depan, tapi juga jangan terlalu santai. Harus tahu kapan saatnya bermain, kapan saatnya serius,” pesannya untuk generasi muda.
Dalam usia yang masih belia, Meylani telah membuktikan bahwa mimpi bisa diraih dengan ketekunan, keberanian menghadapi rasa sakit, dan semangat untuk terus bangkit. Dari Pameungpeuk, ia terus menembus batas kemampuan dirinya.
















