Aku dikepung hujan
Mereka datangnya keroyokan
Maka, siapa bisa kabur?
Mereka berhamburan, memukuliku, bahkan bumi sekalipun
Teman-temanku pasti sembunyi di rumah
Karena takut demam atau masuk angin
Selasar toko mebel itu kosong
Aku sembunyi di sana
Bukan takut hujan
Tapi takut batuk, juga masuk angin
Hujannya makin tajam
Suaranya makin ramah
Warung kopi di seberang toko tutup
Aku nyalakan rokok
Karena hujan makin kejam
Diam-diam, aku mengadu pada matahari
Memohon ia datang
Karena aku sudah biasa disengat olehnya
Oh, akhirnya ia datang
Hangatnya mulai terasa
Lalu kawin dengan dinginnya
Biar lahir pelangi
Aku menjebak hujan
Aku lihat pelangi dan tersenyum
Pelanginya lucu
Seperti dirimu