JURNALPOSMEDIA.COM – Setali tiga uang dengan mahasiswa, kalangan dosen di UIN Bandung juga memiliki pandangan tersendiri terhadap berjalannya perkuliahan daring yang telah berjalan selama 3 bulan ini. Dosen jurusan Ilmu Hukum UIN Bandung, Tatang Astarudin dan dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, Heny Gustini Nuraeni menanggapi perkuliahan online dari kacamata tenaga pengajar di perguruan tinggi.
Berkaitan dengan efektifitas perkuliahan daring, keduanya memberi jawaban yang tak jauh berbeda. Bagi mereka, setiap dosen dan mahasiswa memiliki standar tersendiri dalam menilai. Realitasnya, tak jarang ada dosen yang mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi belajar daring. Pun, di sisi lain seringkali ada mahasiswa yang kesulitan menangkap jaringan internet yang mulus.
“Mau tidak mau, saat ini kita harus membiasakan dengan keadaan. Mulai dari menjaga kesehatan dengan tetap mengikuti protokol pemerintah dan membantu sesama semampunya. Semuanya baru dalam (mengalami) hal ini, kita harus berusaha dan berjuang melakukan yang terbaik, agar semuanya terbiasa atau biasa melakukan hal yang positif setelah masa pendemi,” jelas Tatang saat ditemui tim Jurnalposmedia di kediamannya. Jumat (12/6/2020).
Heny yang akrab disapa Ambu oleh mahasiswanya, mengatakan bahwa perkuliahan daring tak selamanya berdampak negatif pada kehidupan. Perkuliahan daring memiliki kelebihan dan kekurangan, namun setidaknya, kata Henny, ada beberapa keuntungan seperti fleksibelnya waktu dan tempat perkuliahan, hingga berkurangnya pengeluaran ongkos perjalanan bagi mahasiswa yang jauh dari kampus. Ia pun mengaku siap menyesuaikan waktu perkuliahan dengan mahasiswa.
Pentingnya Kerja Sama Dosen dan Mahasiswa
Tatang dan Henny mengakui bahwa minimnya respons mahasiswa saat perkuliahan menjadi hambatan tersendiri. Hal itu dikarenakan tidak semua mahasiswa aktif dalam pembelajaran daring ini. Diperparah dengan terbatasnya kegiatan tatap muka secara langsung, keduanya cukup sulit untuk bisa melihat ekspresi dan tindakan yang diambil mahasiswa di waktu perkuliahan.
“Dosen harusnya sudah siap akan hal-hal seperti ini. Tanpa mengurangi kepedulian terhadap kesehatan mahasiswa dan tetap memberikan pembelajaran maksimal melalui daring untuk saat ini. Harus ada rencana-rencana yang disiapkan, jika suatu saat terjadi lagi (peristiwa) seperti ini atau tidak bisa masuk kuliah seperti biasanya. Ambil positifnya, jadikan pelajaran, dan jangan dibiasakan mengeluh terus,” jelas Tatang.
Dengan waktu kuliah yang dinilai Tatang lebih santai, ia berharap mahasiswa mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengerjakan tugas dan mengurangi perilaku banyak mengeluh. Tatang memandang bahwa beban tugas kuliah tergantung pada asumsi mahasiswa. Menurutnya, penugasan menjadi salah satu penilaian dosen untuk mahasiswanya.
Namun jika tugas yang diberikan sudah dirasa berlebih, Tatang menyarankan untuk segera membicarakannya dengan pihak dosen yang bersangkutan. Ia meyakini beban tugas berlebih akan berdampak pada kesehatan fisik juga psikis mahasiswa. Kendati demikian, Tatang mengungkap bahwa dosen memiliki penilaian tersendiri serta mengapresiasi mahasiswa yang mau berusaha lebih dalam menjalani perkuliahan daring, termasuk dalam hal kehadiran.
“Terus ikuti kuliah daring, jangan tak acuh. Ilmu jangan terhambat karena Covid-19. Membutuhkan kecerdasan sebagai mahasiswa. Jangan menyerah kepada keadaan. Hambatan jangan jadi hambatan, jadikan pendorong untuk lebih giat lagi. Ikuti protokol kesehatan agar memiliki imun tubuh yang kuat,” saran Henny saat diwawancarai Jurnalposmedia via WhatsApp di hari yang sama dengan Tatang.
Tatang pun berpesan agar seluruh sivitas akademik bisa menjadikan momen ini sebagai kesempatan memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekat. Begitupun mahasiswa dapat lebih giat untuk bertanya kepada dosen atau yang menguasai ilmu yang dipelajari, “Perbanyak prasangka baik agar pikiran tidak mudah panik. Berolahraga agar tubuh tetap terjaga dari virus Corona. Kita berdoa agar masa pandemi ini segera berakhir,” tutupnya.