JURNALPOSMEDIA.COM – Generasi Baru Indonesia (GenBI) Komisariat UIN Bandung beri insight baru kepada generasi milenial Indonesia tentang pentingnya sektor pertanian dalam menopang SDG’s 2030, terkhusus pada Economic Growth.
Hal ini dikemas dalam Webinar Nasional Maestero Corner bertajuk “Achieving SDG’s in 2030: Milennial Farmers as The strategic Sector Towards Decent Work and Economic Growth” pada Rabu, (7/4/2021).
Tema yang diusung yakni Sustainable Development Goals (SGD’s). Ini merupakan rencana aksi global 15 Tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030) yang berisi 17 tujuan dan 169 target. Tujuannya untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
SDG’s berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDG’s.
Webinar Maestro, selain bermaksud untuk meyebarkan ilmu dan wawasan pada petani milenial, juga menghimpun semangat dan kesadaran personal para milenial. Khususnya agar lebih peduli terhadap sektor pertanian yang ada di wilayah masing-masing.
Acara dibuka oleh perwakilan KPw Jabar, Setian. Lalu dilanjut dengan talkshow oleh Prof. Hadi Susilo Arifin, Ph.D dari Ecology and Management Of Landscape Bogor Agricultural University.
Ia mengutip pidato Bung Karno yang menyebut bahwa pertanian adalah hidup dan mati bangsa. Penduduk Indonesia, lanjutnya, diprediksi akan menyentuh angka 319 Juta Jiwa di tahun 2045.
“(Oleh karenanya) bangsa ini akan kuat apabila mampu mengendalikannya,” ucapnya, Rabu (7/4/2021).
Ia juga mengungkap, pertanian adalah kebutuhan dasar manusia, khususnya di Indonesia. Mulai dari suplai sandang, pangan, papan, dan energi. Maka untuk menjadi seorang petani milenial, imbunnya, caranya adalah dengan merubah paradigma dan menanamkan bahwa menjadi petani itu mengagumkan.
Pembicara kedua, David Setyadi Gunawan, seorang founder dan CEO Eden Farm. Yaitu sebuah perusahaan pemasok sayuran dan buah-buahan yang di produksi oleh petani lokal. Kepada audiens ia membagi ilmu tentang bagaimana cara berbisnis yang baik bagi para petani. Terkhusus bagi calon petani milenial yang akan memulai usahanya.
Terakhir, datang dari seorang mahasiswi pendiri Komunitas Baroedak Tatanen, Cindy Nur Oktaviani. Di usianya yang masih muda, ia telah berhasil membantu masyarakat dalam mengelola dan memasarkan hasil taninya.
Ia berprinsip untuk menerapkan pertanian lokal berbasis Agrososiopreneur kepada regenerasi petani. Sehingga dengan pegangan inilah ia berhasil menjadi seorang petani milenial yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
“(Namun) perlu adanya pemahaman dan perkenalan yang lebih dalam agar bisa saling memahami,” tutupnya.