JURNALPOSMEDIA.COM – Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurnalistik UIN Bandung bidang Intelektual dan Sosial (Insos) kembali melaksanakan salah satu program kerjanya yaitu diskusi pada Minggu (7/4/2024). Diskusi kali ini dilakukan secara daring dengan topik pentingnya pendidikan bagi anak jalanan.
Terinspirasi dari banyaknya anak-anak jalanan yang kurang tersentuh oleh ranah pendidikan, pada diskusi kali ini, Insos mengusung tema “Membuka Jendela Pendidikan: Mengubah Jalanan menjadi Ruang Belajar”, dengan mengundang seorang aktivis kampus, Ihsan Mughni Hidayat sebagai pemateri.
Ihsan mengajak para peserta untuk membuka jendela pendidikan dan mengubah setiap sudut jalanan menjadi ruang belajar yang menginspirasi serta membawa transformasi sesuai hak anak berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1989.
“Ada sepuluh hak anak yang harus diberikan di antaranya hak mendapatkan identitas, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bermain, hak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk rekreasi, hak mendapatkan makanan, hak mendapatkan jaminan kesehatan, dan hak mendapatkan status kebangsaan,” paparnya, melalui Google Meet, Minggu (7/4/2024).
Ihsan menyebutkan peran pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan sosial anak di Indonesia, yaitu dengan adanya Program Kesejahteraan Sosial dan Anak (PKSA).
“Program Kesejahteraan Sosial dan Anak atau disebut PKSA ini ialah untuk memenuhi kebutuhan anak meliputi subsidi kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial, penguatan orang tua/keluarga dan lembaga kesejahteraan sosial. Lembaga kesejahteraan sosial anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, seperti rumah singgah atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA),” ujarnya.
Ia menerangkan, dalam menangani hal ini, peran mahasiswa ialah sebagai agent of change dan social control. Terdapat tantangan tersendiri yang dijelaskan Ihsan sesuai dengan dashboard Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementrian Sosial per 15 Desember 2020, yaitu terdapat sebanyak 67.368 jumlah anak terlantar di Indonesia dan 2.800 di antaranya berada di Kota Bandung.
Namun, Ihsan juga menjelaskan peluang yang bisa dilakukan untuk menanggulanginya.
“Hal tersebut bisa kita tanggulangi, meskipun tidak sepenuhnya berhasil, setidaknya ada penggerak yang membantu di antaranya dengan pengajar sukarelawan, mentor dan inspirator, mengorganisir program pendidikan, advokasi dan pemahaman masyarakat, pengembangan program kreatif, serta penggalangan dan juga sumberdaya,” tuturnya.