JURNALPOSMEDIA.COM – Seluruh negara di dunia meyakini bahwa pemuda dapat melakukan perubahan atas nasib bangsa. Pemuda termasuk mahasiswa merupakan estafet kepemimpinan yang dituntut menjadi agent of change untuk negaranya.
Di tengah era globalisasi yang erat kaitannya dengan ruang teknologi informasi. Maka, tak terlepas dari pengaksesan mengenai ruang sosial, politik, ekonomi, pun infrastruktur dalam media sosial.
Menilik laporan Digital 2021: The Latest insights Inti The State Of Digital. Total populasi Indonesia sebanyak 274 juta jiwa. Pengguna aktif sosial media sudah mencapai 170 juta jiwa dengan persentase 61,8 dari total keseluruhan (Januari 2021).
Pada 2045, Indonesia tepat 1 abad kemerdekaan. Namun pada maknanya, lebih menunjukan visi besar Indonesia dalam proses perjalanan ke depan. Yakni, mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat dengan memeratakan kualitas manusia.
Melihat kondisi sekarang, dalam pewujudan “Indonesia Emas 2045” perlu ditopang oleh kualitas pemahaman mahasiswa. Yakni dengan digital literasi.
Dalam digital literasi, mahasiswa tidak hanya dituntut memahami saja. Tetapi dituntut untuk mengolah data agar mengetahui keadaan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Pemanfaatan Big Data
Pengelolaan data dalam jumlah besar merupakan proses yang terdiri dari cakupan volume besar baik yang terstruktur maupun tidak. Gunanya untuk mengetahui responden masyarakat.
Pemanfaatan ini bisa digunakan untuk menentukan arah kebijakan pemerintah dalam memformulasikannya sebelum diimplementasikan. Selain kebijakan pemerintah, pemanfaatan lainnya datang dari masyarakat yang sering mengungkapkan curhatannya di media sosial.
Permasalahan sosial seperti kemiskinan, kesenjangan sosial antar daerah, dan tingkat kriminalitas perlu dilacak. Dalam aspek ekonomi, Big Data juga mempunyai andil cukup besar. Contohnya, pengembangan ekonomi kreatif harus mempunyai landasan kuat agar usaha yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Begitu juga aspek pembangunan infrastruktur. Untuk mengetahui meratanya pembangunan di Indonesia dapat diukur persentasenya menggunakan pemanfaatan ini. Seringkali pengaduan muncul dari sosial media, oleh karenanya harus dicari dengan Big Data agar pembangunan lebih progresif dan tepat sasaran.
Upaya Menuju Indonesia Emas 2045
Mahasiswa harus menjadi survival of the fittest, artinya keberlangsungan hidup makhluk yang paling fit. Maksudnya, mudah beradaptasi dengan lingkungan masa kini. Beradaptasi menganalisis menggunakan ruang teknologi informasi melalui Big Data agar tercerminkan permasalahan masyarakat saat ini.
Upaya lainnya yakni penguatan pemahaman dalam digital literasi pada pengelolaan Big Data. Baik oleh pemerintah pusat atau kementerian yang terkait seperti Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-ristek). Dengan membuat program khusus yang bekerjasama dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia.
Penguatan ini harus diprogramkan secara sistematis agar arah tujuan dalam pemahaman pengelolaan Big Data efektif. Kemudia sebagai penunjang B&L (Big Data Literacy). B&L ini merupakan program pelatihan skill dan praktik Big Data. Targetnya mahasiswa semester 1-5 dengan pembina dari dosen ahli bidang Ilmu komputer, Fisip, Ekonomi, dan Matematika.
Bila program B&L dilaksanakan oleh pemerintah secara terstruktur dan sistematis. Maka hambatan dasar untuk memecahkan masalah yang menjadi indikasi bakteri terhadap kemajuan Indonesia akan mudah ditemui. Sehingga peran mahasiswa sebagai agent of change dalam pemanfaatan Big Data berpengaruh terhadap harapan menuju “Indonesia Emas 2045”.
Penulis merupakan mahasiswa Administrasi Publik Universitas Sriwijaya.