Sat, 25 October 2025

Dari Resolusi Jihad Menuju Peradaban Dunia

Reporter: ANNISA FATIMAH AZZAHRA | Redaktur: ANGGIA ANANDA SAFITRI | Dibaca 207 kali

2 hari yang lalu
(Sumber foto: Instagram/@fawwaz_zanuar)

JURNALPOSMEDIA.COM –  22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional, sebuah momentum untuk mengenang peran besar kaum santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan serta membangun karakter bangsa. Penetapan hari bersejarah ini didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani Presiden Joko Widodo sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para santri.

(Sumber foto: Instagram/@fawwaz_zanuar)

Tanggal 22 Oktober dipilih bukan tanpa alasan. Mengutip Detik Hikmah (2023), hari ini merujuk pada Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 di Surabaya. Seruan itu menggerakkan santri dan umat Islam untuk berjihad membela tanah air dari ancaman penjajahan, yang kemudian memicu Pertempuran Surabaya 10 November 1945, kini dikenal sebagai Hari Pahlawan.

Dengan demikian, Hari Santri bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan menegaskan bahwa santri adalah bagian dari kekuatan nasional, yang sejak awal turut menjaga kemerdekaan dengan iman dan ilmu.

(Sumber foto: Dokumen Pribadi/Marzuki Alamsyah)

NU Online (2016) menjelaskan bahwa kata santri (سنتري) mengandung lima huruf yang merepresentasikan nilai luhur kehidupan seorang santri. Lima huruf ini bukan sekadar rangkaian abjad, melainkan cerminan karakter bangsa yang dibangun dari pesantren.

  1. Sin س – Safiqul Khair سَافِقُ الخَيْرِ (Pelopor Kebaikan)

Santri menjadi teladan moral di tengah masyarakat. Ia tak hanya belajar agama, tapi juga membawa misi kebaikan sosial, menjaga harmoni, dan menebarkan kedamaian.

  1. Nun ن – Na’ibul ‘Ulama نَائِبُ العُلَمَاءِ (Penerus Ulama)

Santri meneruskan perjuangan ulama, menjaga ilmu dan akhlak. Dalam konteks modern, makna ini berarti berkomitmen menjadi generasi berilmu dan berintegritas di tengah derasnya arus informasi.

  1. Ta’ ت – Taarikul Ma’ashi تارِكَ الْمَعَاصِى (Menjauhi Maksiat)

Nilai ini menuntun santri untuk hidup bersih dari perbuatan tercela, menjadikan kejujuran dan kesederhanaan sebagai prinsip hidup, bahkan di tengah godaan dunia digital.

  1. Ro’ ر– Ridho Allah رضى الله (Tujuan Tertinggi)

Setiap langkah perjuangan santri diarahkan untuk memperoleh ridho Allah SWT. Ini menjadi pengingat bahwa pengabdian sejati bukan untuk pujian, tetapi untuk keberkahan hidup.

  1. Ya’ ي– Yaqin اليقين (Keyakinan yang Kokoh)

Santri memiliki keimanan yang teguh dan tidak mudah goyah oleh zaman. Keyakinan inilah yang membuat santri tetap berdiri kokoh di tengah perubahan sosial dan teknologi.

Jika pada masa 1945 santri berjuang dengan bambu runcing, maka santri era kini berjuang dengan pena, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Semangat Resolusi Jihad kini bermetamorfosis menjadi Jihad Ilmu dan Akhlak, perjuangan untuk mencerdaskan bangsa serta menjaga moralitas publik.

Seperti pesan KH. Hasyim Asy’ari, “Cintailah tanah airmu, karena sebagian dari iman”. Kalimat ini kini menemukan bentuk barunya santri mencintai Indonesia dengan berkontribusi nyata: menjadi pendidik, inovator, peneliti, dan pembela nilai-nilai kemanusiaan di ruang digital.

Di tengah gempuran budaya global, santri juga diharapkan menjadi penjaga moderasi beragama, menolak ekstremisme, dan merawat toleransi. Itulah wujud nyata dari semangat Ridho Allah dan Yaqin yang hidup dalam setiap pribadi santri masa kini.

Tahun 2025, Kementerian Agama RI mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”. Logo Hari Santri menggambarkan pita cakrawala yang terbentang simbol keterbukaan santri terhadap dunia, tanpa meninggalkan akar pesantren. Warna hijau melambangkan kesucian dan kedamaian, biru menandakan optimisme, sementara merah merefleksikan keberanian.

Makna visual ini sejalan dengan nilai-nilai santri yang berakar di bumi Indonesia, namun pandangannya menembus batas global. Santri bukan lagi sosok tradisional yang tertinggal, melainkan agen peradaban yang siap berkontribusi dalam ilmu, teknologi, dan kemanusiaan.

Hari Santri bukan sekadar peringatan tahunan, tetapi panggilan moral bagi generasi muda untuk meneladani perjuangan para ulama dan meneguhkan identitas keislaman yang cinta tanah air.

Lima huruf dalam kata santri menjadi pedoman hidup sepanjang masa dari pelopor kebaikan hingga keyakinan yang kokoh. Semangat Resolusi Jihad 1945 kini menuntun santri untuk menjaga bangsa dengan ilmu, membangun dunia dengan akhlak, dan menebar rahmat bagi seluruh alam.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments