JURNALPOSMEDIA.COM – Idealisme jurnalis disebut tidak pernah memudar hanya karena hadirnya digitalisasi, justru bisa saling berkolaborasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pembicara, Azizah Hanum (Jurnalis CNN Indonesa) dalam diskusi bertajuk “Jurnalis, Buzzer, dan Anak Muda” yang diadakan atas kolaborasi Alansi Jurnalis Independen (AJI) dan Amnesty Indonesia, Senin, (5/4/2021).
“Ketika kalian masih bisa mengakses informasi yang bisa dipertanggungjawabkan hulu hilirnya, di situlah idealisme masih ada. Pers tidak akan usang walau ada digitalisasi, justru bisa saling melengkapi,” terang Hanum.
Selain Hanum dihadirkan pula dua penyaji lain, Raka Ibrahim (Jurnalis Independen) dan Andini Effendi (Jurnalis Independen). Sesuai tema yang diusung, arah diskusi difokuskan pada kebebasan informasi yang makin terdigitalisasi ditambah dengan adanya buzzer.
“Jurnalis bukan jurnalis namanya kalau tidak idealis, itu namanya buzzer sosial media. (Ini) arena jurnalis bukan profesi yang membawa kamu ke kekayaan. Tapi agar ada sesuatu yang bisa kamu sampaikan secara luas,” jelas Raka.
Bukan perkara yang sulit, lanjut Raka, untuk menghadapi buzzer. Hal yang harus benar-benar dipikirkan adalah terkait idealisme jurnalis itu sendiri, “Kalau orang-orang tenar yang kaya dan berkuasa ada di pihak kamu, itu namanya marketing bukan jurnalis. Perkara buzzer, gampang tinggal di mute doang,” ungkapnya.
Kendati demikan, Andini berpendapat jika idealisme seorang jurnalis kerap terbatas. Ia menyebut idealisme jurnalis secara individu masih bisa diluruskan, namun sulit ketika berbicara mengenai idealisme media.
“Tuhannya jurnalis tuh ada dua, pemilik modal dan iklan. (Padahal) jurnalis masih bisa lebih dari itu dengan konten yang enggak melulu soal politik tapi dengan informasi yang berkaitan dengan masyarakat,” kata Andini.
Maka selain bergantung pada media, tambahnya, jurnalis diharapkan bisa menuntut diri sendiri dengan berani membayar konten yang berkualitas, “You need to pay for it. Apapun harus bayar apalagi konten karena kita terbiasa free to air makanya kalo harus bayar tuh mikir lagi,” pungkasnya.
Seluruh diskusi disiarkan melalui Zoom Meeting, Youtube AJI Indonesia, dan live Instagram @amnestyndonesia.