Thu, 30 October 2025

Kapten Sangun: Pahlawan yang Namanya Terlupakan di Sangiang

Reporter: Delia Nurunnisa | Redaktur: Putri Maharani Kristiana | Dibaca 835 kali

Mon, 18 August 2025
(Sumber Foto : DuniaAleut.com)

JURNALPOSMEDIA.COM – Di tepi jalan Desa Sangiang, berdiri sebuah tugu sederhana berlapis cat putih. Bentuknya tak megah, bahkan nyaris tak mencolok di antara lalu-lalang kendaraan. Namun, bagi sebagian warga yang masih menyimpan cerita lama, tugu itu bukan sekadar monumen. Ia adalah pengingat akan keberanian seorang perwira Divisi Siliwangi yang gugur mempertahankan tanah air yang bernama Kapten Sangun.

Kisah Kapten Sangun berakhir tragis pada awal 1949. Saat itu, pasukan Belanda gencar melakukan operasi militer di Jawa Barat. Kapten Sangun, yang tengah berjuang bersama para pejuang di wilayah Bojong Salam, tertangkap oleh Belanda.

Salah seorang warga Desa Sangiang, Ibu Enong menjelaskan bahwa Kapten Sangun gugur karena mendapatkan penyiksaan dari Belanda.

“Beliau dipaksa untuk membocorkan lokasi para pejuang dan senjata. Disiksa dengan pukulan dan bayonet, tapi tetap diam. Karena tidak mau menyerah, akhirnya ditembak di tengah sawah,” tuturnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada, Minggu (17/08/2025).

Selain itu, Ibu Enong juga menjelaskan bahwa tahun 1949 adalah kejadian awal yang di mana warga mendengar suara tembakan dan Belanda melarang agar tidak ada yang menguburkan Kapten Sangun.

“Kejadiannya awal 1949. Warga tahu setelah mendengar suara tembakan. Tapi jenazahnya dibiarkan begitu saja di ladang selama tiga hari karena Belanda melarang siapa pun menguburkannya. Baru setelah itu ada seorang petugas Palang Merah bernama Amir yang berani memakamkannya di Cicalengka,” jelasnya.

Tubuh Sangun yang tergeletak di sawah dibiarkan selama tiga hari. Warga hanya bisa menyaksikan dari jauh, tak berani mendekat. Baru setelah seorang petugas Palang Merah bernama Amir datang, jasad itu dimakamkan secara sederhana di Cicalengka.

Bagi masyarakat Sangiang, Kapten Sangun adalah lambang keberanian. Ia memilih mati daripada berkhianat. Namun, berbeda dengan nama-nama besar pahlawan nasional, kisahnya seakan terpinggirkan.

Salah seorang warga Desa Sangiang, Ibu Eti mengungkapkan bahwa Kapten Sangun menjadi contoh pejuang sejati yang pengorbanannya luar biasa.

“Beliau contoh nyata pejuang sejati. Walaupun tidak terkenal, pengorbanannya luar biasa. Itu pelajaran berharga bagi kita semua. Generasi muda banyak yang bahkan tidak tahu siapa Kapten Sangun. Itu membuat saya sedih, karena sejarah bisa hilang kalau tidak dijaga,” ungkapnya.

Menurutnya, keberadaan tugu Kapten Sangun kini kerap terabaikan. Banyak orang melintas tanpa pernah tahu makna di balik monumen kecil itu.

“Sekarang tugu itu sering terabaikan. Motor dan mobil lewat tiap hari, tapi jarang ada yang berhenti membaca. Generasi muda banyak yang bahkan tidak tahu siapa Kapten Sangun. Itu membuat saya sedih, karena sejarah bisa hilang kalau tidak dijaga,” tuturnya.

Ibu Eti mengungkapkan bahwa ia belajar dari sang pahlawan karena banyak pengorbanan yang diberikan oleh Kapten Sangun.

“Itu pelajaran berharga bagi kita semua. Saya sering bilang ke anak-anak muda di sini, jangan lihat tugunya kecil atau sederhana. Justru dari tugu itu lah kita bisa belajar bahwa kemerdekaan tidak datang gratis. Ada darah, air mata, dan nyawa yang dikorbankan,” ungkapnya.

Terakhir, Ibu Eti berharap yakni pemerintah desa dan masyarakat bisa lebih peduli. Tugu itu perlu dirawat, diberi pagar atau papan informasi. Lebih dari itu, kisah Kapten Sangun harus terus dituturkan.

“Harapan saya, pemerintah desa dan warga bisa merawat tugu itu lebih baik, mungkin diberi pagar atau plang informasi. Dan yang terpenting, kisah beliau harus terus diceritakan, supaya anak cucu kita tahu bahwa di desa ini pernah ada pejuang yang berani mati demi kebenaran,” harapnya.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments