Sun, 13 July 2025

Toko Buku Bandung: Napas Literasi di Tengah Hiruk Pikuk Kota

Reporter: Ravi Ahmad Maulana/Magang | Redaktur: KHOIRUNNISA FEBRIANI SOFWAN | Dibaca 647 kali

Tue, 10 June 2025
(Sumber foto: Ravi Ahmad Maulana/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM –  Di sudut tenang Jalan Garut No. 2, Kota Bandung, berdiri sebuah toko buku kecil, yaitu Toko Buku Bandung. Namanya memang sederhana, tetapi di dalamnya tersimpan perjalanan panjang dunia literasi yang dimulai sejak lebih dari dua dekade lalu.

Hadirnya toko buku ini didorong oleh motif ekonomi pasca pandemi. Meskipun begitu, Pemilik Toko Buku Bandung, Deni Rachman mengungkapkan, ia juga memiliki impian untuk kembali menghidupkan ekosistem literasi.

Nah, ketika pandemi udah mulai mereda, datanglah tawaran untuk buka toko buku di sini, langsung aja diterima. Jadi, memang motif awalnya tuh karena ekonomi, dan ingin menghidupkan lagi ekosistem literasi, khususnya setelah covid,” ujarnya saat diwawancarai pada Minggu, (8/6/2025).

Pada awalnya, toko buku ini bernama Lawang Buku, yang pertama kali muncul di sela-sela hamparan lapangan Gasibu. Kala itu, toko buku ini masih berupa lapak jalanan.

Seiring berjalannya waktu, lapak ini juga menjelma menjadi distributor, sebelum akhirnya membuka toko buku di Balubur Town Square (Baltos), yang bertahan hingga tahun 2016. Toko ini juga sempat menjajakkan buku-buku di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) pada periode 2017-2019, sebelum akhirnya vakum akibat pandemi.

Pengunjung Toko Buku Bandung beragam, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dengan minat berbeda, mulai dari komik jadul, buku sosial-politik, hingga sastra. Toko ini menargetkan omzet harian Rp300.000–Rp500.000 meskipun begitu, pencapaian harian terkadang melebihi target atau bahkan nihil dalam sehari. Biasanya toko ini buka pada pukul 10.00-16.00 WIB.

“Beragam sih, mulai dari anak SD, sampai yang sepuh dan pensiunan. Biasanya sepuh tuh sukanya sastra sunda. Kalo anak muda biasanya buku-buku pergerakan (sosial-politik), atau novel. Untuk omzet sih kita memakai target, sehari Rp300.000-Rp500.000, bagaimanapun harus dapat. Namanya toko sih nggak nentu ya, kadang bisa satu juta, bisa juga nol rupiah,” tuturnya.

Toko Buku Bandung menyajikan berbagai jenis buku, terutama buku sastra dan sejarah. Selain itu, toko ini juga menghadirkan buku-buku antik yang sebagian bukunya memiliki usia hingga 50 tahun.

Di toko ini juga tersedia dokumen-dokumen bersejarah, seperti dokumen pers, perusahaan, hingga dokumen negara. Sumber-sumber buku di toko ini berasal dari kolektor, hingga buku-buku hasil hibah.

“Buku-buku di sini isinya tentang sastra dan sejarah, terus buku baru dan bekas. Selain itu, ada juga buku-buku antik. Nah, antik di sini biasanya yang umurnya 50 tahun, biasanya dokumen-dokumen negara, dokumen perusahaan, ada juga dokumen pers, dan sebagainya. Terus biasanya sumber buku ini hasil dari berburu ke kolektor, terus ada yang nawarin, atau yang hibah buku,” ucapnya.

Sebelum disuguhkan di toko, buku-buku ini juga melalui tahap penyortiran. Buku yang akan dijual biasanya diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, menyesuaikan kebutuhan dan selera pelanggan. Toko Buku Bandung juga memiliki beberapa koleksi buku yang terbilang sangat langka, seperti Al-Qur’an terjemahan bahasa Sunda dari Syaikh Abdul Qodir Munsi, yang terbit pada tahun 1882.

Selain menjadi tempat perdagangan buku, toko ini juga biasanya mengadakan beberapa acara literasi yang terbuka untuk umum, biasanya diselenggarakan di belakang toko atau di kedai yang terdapat di samping Toko Buku Bandung.

“Tiap Rabu ada kegiatan, namanya “Rabuan” dari Klub Buku Laswi, terus Jum’at juga ada kegiatan kolaborasi sama Kedai Jante, kegiatannya juga terbuka untuk umum. Selain itu, ada juga pasar Minggu khusus buku,” tuturnya.

Terakhir Pemilik Toko Buku Bandung, Deni Rachman mengungkapkan harapan terhadap pergerakan budaya literasi di tengah kecepatan pergerakan zaman.

“Semoga masyarakat, yang dimulai dari mahasiswa, bisa kembali menghidupkan budaya literasi meskipun lagi marak AI karena jelas berbeda ya rasanya baca atau pengetahuan dari AI dibanding dari buku. Kegiatan ini bisa dimulai dari menggeliatkan kembali bazar dan bedah buku,” pungkasnya.

Di sisi lain, pelanggan setia Toko Buku Bandung, Topik Mulyana, mengaku sudah sering mengunjungi toko buku ini dikarenakan banyaknya buku yang ia perlukan.

“Untuk mampir sih udah sering, sebelum jadi toko di sini juga udah sering mampir lah, nggak keitung. Ke sini juga karena ya banyak buku yang diperlukan juga,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga mengaku merasa nyaman saat mengunjungi toko buku ini karena kenyamanan tempat, dan menariknya merchandise yang disajikan.

“Nyaman, mungkin karena berteman juga sama pemiliknya. Selain itu, di toko buku ini juga fokus jualan buku karena biasanya kan namanya ‘toko buku’ tapi isinya Alat Tulis Kantor (ATK), atau makanan gitu. Selain itu, juga cari komik-komik zaman dulu, dan juga merchandise di sini bagus-bagus, semacam kartu pos, stiker, dan potongan iklan yang jadul,” pungkasnya.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments