Indonesia ialah negara kepulauan yang tentunya memiliki laut yang terbentang luas dan memiliki keindahannya tersendiri, salah satunya terumbu karang yang sangat di jaga oleh banyak orang yang tahu akan arti penting terumbu karang bagi kehidupan. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan baik di laut, pesisir, darat, maupun bagi kehidupan manusia. Lantas apa jadinya jika terumbu karang di rusak?
Baru baru ini Pemerintah Indonesia mengatakan hampir 19.000 meter persegi terumbu karang rusak akibat sebuah kapal pesiar asing yang kandas di perairan Raja Ampat di Provinsi Papua Barat pada 4 Maret lalu, luasnya kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat yang diumumkan oleh deputi menteri kelautan pekan ini menyusul survei kerusakan di selat itu jauh lebih buruk dari perkiraan semula.
Kementerian Luar Negeri Indonesia memaparkan bahwa pemerintah akan “sangat tegas” dalam menuntut kompensasi. Arif Havas Oegroseno, deputi menteri di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, mengatakan survei bersama yang dilakukan oleh tim survei nasional dan penjamin asuransi perusahaan pesiar itu mendapati area terumbu karang seluas hampir 13.300 meter persegi mengalami kerusakan yang fatal. Area seluas sekitar 5.600 meter persegi lagi juga mengalami kerusakan lebih ringan karena gelombang kejut yang membawa pasir dan pecahan karang karena manuver kapal.
Dikatakan, terumbu karang di area itu berpeluang mati sebesar 50 persen. Padahal terumbu karang merupakan tempat hidup bagi seperempat dari seluruh spesies di muka bumi ini, dan sekitar setengah miliar manusia tergantung pada sumber daya laut itu, jika tanpa adanya upaya signifikan dalam melindungi terumbu karang, maka diperkirakan pada 2050 dunia akan kehilangan hampir 90 persen terumbu karang. Ini bukan sesuatu yang bakal terjadi 100 tahun lagi, tapi sudah terjadi sekarang, kita dengan cepat kehilangan terumbu karang. Terumbu karang adalah invertebrata yang kebanyakan hidup di perairan tropis. Ia sangat sensitif terhadap fluktuasi temperatur.
Kenaikan suhu samudera telah membuat terumbu karang sakit. Penangkapan ikan berlebihan, polusi, pembangunan di daerah pantai, dan perikanan, telah menghantam terumbu karang. Mereka rusak karena mengalami acidification. Perubahan suhu 1-2 derajat saja bisa membuat alga yang memberi energi pada terumbu karang pergi. Sehingga kerangka putihnya yang tinggal, atau biasa disebut dengan “Bleaching”.
Kalau ini terjadi dalam waktu yang lama, terumbu karang pun mati. Hewan-hewan laut yang bergantung padanya pun kehilangan habitatnya. Ia pun tak bisa lagi melindungi garis pantai dari badai. Maka dari itu selamatkan terumbu karang bersama, layaknya selamatkan masa depan.