JURNALPOSMEDIA.COM-Kejadian rasisme yang dialami oleh sejumlah mahasiswa Papua di asrama Surabaya, membuat Papua bergejolak. Kejadian ini bermula, ketika adanya informasi mengenai pengrusakan bendera merah putih di depan asrama mahasiswa Papua. Sejumlah ormas dengan aparat mendatangi asrama mahasiswa Papua dan menduga bahwa pelaku pengerusakan adalah mahasiswa Papua. Saat itu terdengar banyak teriakan rasis yang dilontarkan kepada mahasiswa Papua.
Tak lama kemudian, sejumlah aparat kepolisian datang untuk melakukan pengamanan kepada para mahasiswa Papua yang berada di asrama. Alasannya untuk mengamankan mahasiswa Papua dari massa. Anehnya, pengamanan ini dilakukan dengan cara yang tak wajar. Bagaimana tidak, penangkapan ini dilakukan dengan menggunakan gas air mata. Padahal hal itu bertolak belakang dengan prosedur yang ada.
Tentu saja, mendengar kejadian ini, masyarakat Papua merasa tidak terima dan melakukan aksi di beberapa daerah di Papua. Demo yang berlangsung ricuh, beberapa gedung pemerintah mengalami kerusakan.
Melihat apa yang terjadi di Papua, pada tanggal 22 Agustus lalu Menkominfo sempat memblokir akses internet di Papua. Melansir dari cnnindonesia.com, Kepala Staff Kepresidenan, Moeldoko menyatakan bahwa yang terjadi bukanlah pemblokiran namun memperlambat akses internet, dan hal ini dilakukan demi keamanan nasional.
Pada pernyataan berikutnya, Moeldoko menyatakan bahwa meskipun dulu tidak ada internet, masyarakat juga akan tetap bisa hidup.
“Engga, dulu kita juga engga ada (internet) juga bisa hidup kok,” ungkapnya.
Sontak pernyataan ini memuai banyak kontroversi. Beberapa pihak menilai bahwa pemblokiran ini justru melanggar HAM dalam kebebasan mendapatkan informasi.
Pemerintah juga menilai, dengan melakukan pemblokiran akan mencegah penyebaran berita hoaks. Namun nyatanya melakukan pemblokiran tak dapat mencegah penyebaran berita hoaks, tetapi hanya menunda penyebaraannya. Saat masyarakat sudah bisa lagi mengakses internet dengan normal, berita hoaks akan tetap tersebar.
Padahal saat ini penggunaan internet tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi atau mencari informasi melainkan juga untuk berbisnis. Tentu dengan adanya pemblokiran akses internet akan berdampak kepada sebagian orang yang mencari rezeki melalui internet.
Dengan melakukan pemblokiran internet, masalah kerusuhan tak dapat diselesaikan, berita hoaks akan tetap tersebar dan sebagian pihak justru dirugikan. Lantas tak adakah solusi lain untuk menyelesaikan masalah?