JURNALPOSMEDIA.COM – Bidang Intelektual dan Sosial (Insos) Hima Jurnalistik bersama mengadakan nonton bareng (Nobar) sekaligus diskusi film dokumenter “Pesta Oligarki” pada Jumat (25/10/2024) lalu. Bertempat di Gedung Student Center UIN Bandung, kegiatan ini pertama kali diusung oleh Bidang Insos dan merupakan salah satu rangkaian pra PSJ terakhir sebelum hari-H pada Desember mendatang.
Selain masuk ke dalam rangkaian Pekan Seni Jurnalistik (PSJ), acara ini juga berkolaborasi dengan Photo’s Speak.
Kepala Suku Photo’s Speak, Muhammad Zaki Fauzi mengungkapkan kegiatan ini sebagai salah satu upaya edukasi pada mahasiswa jurnalistik untuk lebih mengenal film dokumenter. Ia menilai, Mahasiswa Jurnalistik masih perlu pembekalan yang lebih terkait film dokumenter.
“Mahasiswa jurnalistik itu perlu untuk melek dunia film dokumenter karena yang sebelum-sebelumnya saya temui, kurangnya pembekalan dan jarang juga ada orang yang cita-citanya jadi tim produksi film dokumenter. Makannya dari situ harapannya bisa membuka pikiran buat mahasiswa jurnalistik bahwa dokumenter tuh salah satu produk jurnalistik,” ungkapnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada Jumat (25/10/2024).
Ketua Pelaksana PSJ, Sultan Rayyantama menjelaskan sekitar 30 orang hadir pada kegiatan ini, termasuk anggota Insos dan Photo’s Speak, panitia PSJ, dan mahasiswa yang turut diundang secara gratis. Ia tidak menargetkan jumlah partisipan yang datang, namun ia menargetkan partisipan yang hadir dapat bawa pulang bekal pengetahuan film dokumenter yang dibahas dalam rangkaian diskusi.
Menimbang tujuan tersebut, pihak Insos turut menghadirkan mahasiswa Jurnalistik angkatan 2020, Syahid Ilman Alif sebagai pemateri diskusi yang diakui memiliki wawasan lebih mengenai film dokumenter secara teknis. Dalam diskusinya, ia menilai film dokumenter merupakan produk jurnalistik yang justru kurang diperhatikan keberadaannya sebagai produk yang dapat menjangkau masyarakat lebih luas.
“Berharap anak jurnal bisa lebih aware lagi buat belajar bikin film dokumenter, ketika nanti ada nobar dan diskusi lagi bukan karya orang lain yang di screening, tapi karya anak jurnal,” pesannya di sela sesi diskusi.
Salah seorang partisipan, Muhammad Andika Putra Nugraha menilai film dokumenter merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan jurnalis untuk menjangkau masyarakat yang masih kurang terjarah informasi yang mendalam dan serius. Selain itu, ia juga mengaku mendapatkan banyak ilmu baru dari kegiatan ini, mulai dari isu politik sampai ke teknis pembuatan film.
“Insightful ya banyak yang bisa diambil terkait teknis pembuatan film dokumenter, tips and trick pembutan film dokumenter yang nggak bisa kita dapetin di kelas ketika perkuliahan. Selain itu, sebagai mahasiswa pun harus lebih peka terhadap isu-isu seperti ini, dan malu juga ketika kita sebagai ujung tombak masyarakat gatau tentang perpolitikan yang sedang terjadi,” pungkasnya.