JURNALPOSMEDIA.COM – Bandung, yang dikenal dengan julukan “Kota Kembang” dan cuaca sejuknya, kini mengalami perubahan signifikan dalam pola cuaca dan suhu udara. Udara dingin yang dulu jadi ciri khasnya kini sirna diterpa perubahan iklim.
Perubahan iklim yang terjadi di Bandung mencerminkan dampak pemanasan global yang semakin nyata, dan ini membawa konsekuensi besar bagi kehidupan masyarakat.
Salah satu perubahan paling terasa adalah peningkatan suhu udara yang signifikan, terutama pada siang hari. Bandung, yang dulunya dikenal sebagai tempat pelarian dari panasnya Jakarta, kini mulai mengalami cuaca lebih terik, hampir mirip dengan kota-kota besar di daerah dataran rendah.
Menurut BMKG di Kecamatan Cibiru, suhu yang sebelumnya sejuk dengan rata-rata sekitar 23-25°C kini bisa meningkat hingga 30°C – 35,6°C, terutama pada musim kemarau. Hal ini mengurangi kenyamanan warga yang terbiasa dengan iklim sejuk dan menyegarkan serta menggugah kekhawatiran akan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
Suhu udara yang semakin panas juga berdampak pada kualitas udara di Bandung. Peningkatan suhu yang tajam memperburuk polusi udara, mengingat tingginya jumlah kendaraan bermotor di kota ini. Selain itu, semakin banyaknya pembangunan dan deforestasi di sekitar Bandung menyebabkan berkurangnyaruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai penyeimbang iklim kota. Kehilangan pohon dan tanaman hijau, yang seharusnya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, hanya memperburuk dampak pemanasan global.
Di sisi lain, saat musim penghujan tiba, cuaca semakin ekstrem dengan hujan deras disertai banjir. Seperti baru-baru ini banjir melanda Bandung, terutama di kawasan Cikutra dan Antapani. Akibat hujan lebat pada Rabu, 27 November 2024. Salah satu catatan awal mengenai banjir di Bandung terjadi pada tahun 1898. Hal ini meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan olehvektor seperti demam berdarah. Kesehatan mental pun tidakluput dari dampak ini; ketidakpastian cuaca dan bencana alam yang lebih sering terjadi meningkatkan tingkat kecemasan di kalangan warga.
Meskipun Bandung kini merasakan dampak perubahan iklim yang cukup terasa, kota ini juga memiliki potensi untuk menghadapinya dengan langkah-langkah lebih adaptif dan berkelanjutan. Pemerintah kota dan masyarakat perlu bekerjasama untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini. Salah satulangkahnya adalah memperbanyak ruang terbuka hijau, mengurangi polusi kendaraan, dan berinvestasi dalam infrastruktur ramah lingkungan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi jejak karbon dan mengadopsi gaya hidup lebih ramah lingkungan juga sangat penting untuk mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim.
Perubahan iklim yang memengaruhi suhu udara di Bandung merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari. Kota ini harus siap menghadapi tantangan ini dengan langkah-langkah mitigasidan adaptasi yang tepat. Jika tindakan tidak segera diambil, bukan hanya kenyamanan hidup yang terancam, tetapi juga keberlanjutan sumber daya alam dan kualitas hidup warga Bandung di masa depan.