Sat, 24 May 2025

Kedai La Keum: Tempat Ngopi di Kampung Seni

Reporter: DJAZILAH ARVAN FATHUROHMAN/MAGANG | Redaktur: ANGGIA ANANDA SAFITRI | Dibaca 83 kali

25 menit yang lalu
(Sumber foto: Djazilah Arvan Fathurohman/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM – Di sisi jalan yang tenang ‘Kampung Seni’ yang rindang, sebuah kedai kopi bernama La Keum berdiri dengan tenang, seolah menyambut siapa saja yang ingin rehat dari hiruk-pikuk perkampungan. Nama “La Keum”, yang dalam permainan kata Bahasa Sunda bahasa berarti “kaleum” yang dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “santai”, mencerminkan betul suasana yang ingin ditawarkan oleh tempat ini luar ruangan yang Santai yang berpadu dengan taman dan nuansa seni.

“Kalo dari nama La Keum sendiri itu diambil dari permainan kata gaulnya anak-anak Sunda yaitu kaleum atau santai. Jadi ibaratnya kedai ini tuh buat kopi lakeum-lakeuman atau kopi santai artinya,” ucap Panji Muhamad sebagai owner pada saat diwawancarai pada Jumat (23/5/2025).

Kedai La Keum sendiri awal mula berdirinya pada tahun 2017, awalnya yang bernama Diology.  Sempat buka sementara dengan konsep gunung dengan nama La Keum. Namun rehat kembali pada tahun 2020 karena pandemi covid-19. Kedai ini buka kembali dengan konsep yang berbeda pada sebelumya yakni bernuansa taman yang berlokasi di Kampung Seni Jelekong pada tahun 2022.

“Kalau awal berdirinya sebenarnya dari 2017. Cuman di 2017 itu nama yang dipakai bukan Kopi La Keum. Jadi awalnya namanya Diology. Terus singkat cerita pas covid sempat tutup dulu, terus buka lagi di konsepnya agak gunung. Gantilah nama jadi Kopi La Keum. Nah kalau di sini sendiri udah 3 tahun lah, hampir 3 tahun di sini sendiri ya. Dari 2022 kalau di sini udah 3 tahun,” jelasnya.

Dibandingkan dengan kedai lainnya, konsep La Keum sejak awal memang dirancang agar terasa berbeda. Bukan sekadar kafe yang menjual kopi dan camilan, tempat ini hadir dengan pendekatan yang lebih personal. Pengunjung tidak disambut dengan desain industrial atau interior mewah, melainkan suasana yang akrab dan nyaman seperti duduk di taman rumah sendiri, di bawah rindangnya pohon, sambil menyeruput kopi hangat.

Menurut pemilik La Keum, kesan homie itu bukan sekadar kebetulan. Seluruh elemen tempat ini memang dirancang agar memberi kesan santai dan membumi. “Kami ingin siapa pun yang datang merasa seperti di halaman rumah sendiri,” ungkapnya.

Bagi warga lokal, nama La Keum sendiri sering kali menjadi pilihan utama untuk bersantai. Salah satu pengunjung, Andhika Tria Sadewa, seorang pekerja pabrik (25), mengaku menjadikan La Keum sebagai tempat langganan untuk melepas penat usai bekerja.

“Biasanya seminggu tiga kali saya ke sini, kalau pas libur kerja. Kadang juga mampir kalau pulang kerja lebih awal dan masih ada tenaga. La Keum itu semacam tempat buat berpulang setelah seminggu penuh kerja fisik dan kebisingan mesin pabrik,” ujarnya sambil tersenyum.

Bagi Andhika, La Keum bukan hanya sekadar tempat ngopi, tapi sudah seperti ruang pereda stres yang menenangkan. Suasana yang ditawarkan pun sangat mendukung untuk itu tidak bising, tidak terburu-buru, dan jauh dari suasana formal yang kaku.

“Tenang, nyaman, dan bikin betah. Musiknya nggak keras, banyak tanaman, dan bikin mood menjadi rileks,” tuturnya.

Bagi sebagian besar pengunjung seperti Andhika, La Keum lebih dari sekadar destinasi akhir pekan. Tempat ini cocok untuk meresapi waktu, mengambil jeda dari dunia yang penuh tuntutan, dan mengisi ulang energi dalam suasana yang ramah.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments