Sat, 15 February 2025

Kebiasaan Menunda Pekerjaan Tak Baik untuk Kesehatan Mental

Reporter: Maswanajih/Retno Nur Hidayati | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 763 kali

Mon, 11 May 2020
menunda-nunda
Ilustrasi: Raga Putra Wiwaha/Jurnalposmedia

JURNALPOSMEDIA.COM – “Orang yang suka menunda suatu pekerjaan sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mental karena akan menimbulkan kecemasan. Itu berdampak pada hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal, waktu terbuang sia-sia, sehingga mempengaruhi aktivitas akademik lainnya,” jelas dosen Psikologi UIN Bandung, Nisa Hermawati kepada Jurnalposmedia, Senin (11/5/20).

Kebiasaan mengerjakan tugas atau pekerjaan mepet batas waktu (deadline), memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan. Sekalipun tugas yang harus dikerjakan hanya ada satu, para deadliner punya kebiasaan menunda-nunda pengerjaannya hingga mendekati saat-saat terakhir tenggat pengumpulan. Berangkat dari hal itu, Jurnalposmedia berupaya menanyai pengalaman mahasiswa UIN Bandung berkaitan dengan kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas.

Salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Jurnalistik semester dua, Annisa Noor Qisthina mengaku tak menampik kebiasaan tersebut. Ia mengatakan pengerjaan tugas yang berhimpitan dengan deadline sudah menjadi kebiasaan. Walau demikian, ia mengamini jika hal itu tidak baik.

 “Paling mepet itu mengerjakan tugas H-1. Mungkin sudah jadi kebiasaan ya, jadinya apa-apa suka dinanti-nanti. Enggak baik sebenarnya, cuma susah juga buat mengubahnya,” kata Annisa kepada Jurnalposmedia melalui WhatsApp, Jumat (8/5/2020).

Annisa menceritakan pengalaman dramatisnya ketika mengerjakan tugas sehari sebelum tenggat pengumpulan. Mulai dari laptop nge-hang, hingga dirinya rela keluar rumah di tengah hujan untuk mencetak tugas. Tetapi, pada akhirnya tugas tersebut tidak ditanyakan sama sekali oleh dosen yang bersangkutan.

Hal berbeda dialami mahasiswa Sosiologi semester 4, Ammar Taufiqur Rohman. Ia menceritakan alasan utamanya menunda pengerjaan tugas karena ada urusan lain yang menjadi prioritas, “Sering banget (mepet deadline), karena aku juga ada pekerjaan. Mesti mengatur waktu juga antara kerjaan dan nugas,” kata Ammar di hari yang sama dengan Annisa.

Baginya, ada sensasi semacam dorongan lebih ketika mengerjakan tugas sembari dikejar deadline. Walaupun tugas yang dikerjakan berujung sekadarnya, “Jadi ada semacam sesuatu yang mendorong biar cepat selesai. Mau enggak mau harus beres karena besoknya dikumpulin. Walaupun kadang merasa tertekan juga sih,” ujarnya.

Berimbas pada Kesehatan Mental

Salah satu dosen Psikologi UIN Bandung, Nisa Hermawati berbagi pandanganya terkait hal tersebut. Ia mengatakan kebiasaan itu termasuk penyakit psikologis yang disebut procrastination. Yakni, kebiasaan menunda pekerjaan yang kerap dilakukan sebagian orang baik disadari maupun tidak disadari.

Lebih lanjut, ia menuturkan orang yang menunda-nunda pekerjaan tersebut kerap kali tidak menyadari kebiasaanya. Padahal, hal itu dapat mengganggu psikis pelakunya. Lambat laun, procrastination akan berdampak serius karena menimbulkan kecemasan sepanjang waktu.

“Jika procrastination sengaja dilakukan padahal spare waktu yang diberikan panjang, itulah yang dapat menjadikan penyakit psikis tersebut,” jelasnya. Berbeda halnya dengan seseorang yang memang diberi tenggat yang singkat dalam pengerjaan tugasnya. Ide-ide kreatif akan muncul.

“Saat seseorang dihadapkan dengan sesuatu yang singkat waktunya, maka otak akan mengolah informasi lebih cepat,” terang Nisa. Menurutnya, adanya ketentuan deadline dengan kebiasaan menunda-nunda tidak berkesinambungan. Sebab, keduanya merupakan hal yang berbeda dan menimbulkan dampak yang berbeda pula.pr

Melawan Godaan Menunda-nunda

Seperti dikutip dari merdeka.com, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindarkan diri dari menunda-nunda pekerjaan. Pertama, niatkan diri untuk produktif. Kedua, buat jadwal tertulis agar selalu teringat akan timeline kerja secara keseluruhan.

Ketiga, buat deadline palsu untuk mendorong Anda melakukan pekerjaan lebih awal. Keempat, tidur yang cukup dan teratur agar mampu berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Terakhir, hindari penggunaan sosial media yang kemungkinan besar bisa mengakibatkan Anda lupa waktu.

Sementara itu, dalam artikel berjudul “Mengapa Mengatur Emosi Jitu Mencegah Kita Menunda Pekerjaan” di bbc.com, para ahli psikolog seperti Tim Pychyl dari Universitas Carleton di Kanada beserta kolaboratornya dari Universitas Sheffield, Inggris, Fuschia Sirois berpendapat bahwa menunda pekerjaan berkaitan dengan kemampuan mengelola emosi, bukan waktu.

Kiatnya adalah memacu diri untuk memulai, “Sederhanakan fokus Anda: apa tindakan selanjutnya, langkah sederhana apa yang bisa saya lakukan untuk mulai mengerjakan tugas ini sekarang? Dengan melakukan ini, Anda mengalihkan pikiran Anda dari perasaan ke tindakan yang mudah dicapai,” kata Tim Pychyl.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments