JURNALPOSMEDIA.COM – Terhambatnya aktivitas perekonomian akibat wabah Corona Virus Desease (Covid-19) secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian. Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan (PHK).
Pada awal Maret 2020 pemerintah Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 masuk ke Indonesia. Namun berbeda dengan pendapat dari Pandu Riono, seorang pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) yang menyebutkan bahwa virus Corona jenis SARS-CoV-2 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari. Saat penyebaran virus mulai merebak di Indonesia, ramalan ekonomi tanah air pun berubah drastis.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April 2020. Akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengungkapkan pemerintah sudah mengetahui ekonomi Indonesia bakal menurun sejak awal Maret atau saat pandemi Corona resmi masuk tanah air.
Ia mengatakan, ketika pandemi Corona masuk tanah air maka pemerintah sudah membayangkan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. Salah satu dampak yang paling terasa adalah pendapatan negara yang turun akibat kegiatan ekonomi yang terbatas.
Pengaruh Merebaknya Pandemi Covid-19 di Berbagai Sektor Indonesia
- Meluasnya PHK
Pandemi Covid-19 telah membawa kesengsaraan yang semakin meluas terhadap para pekerja formal dan informal. Kementerian Keuangan mencatat, setidaknya ada lebih dari 1,5 juta jiwa pekerja telah dirumahkan dan terkena PHK.
Dari angka tersebut 90 persen dirumahkan dan 10 persen sisanya terkena PHK. Sebanyak 1,24 juta orang merupakan pekerja formal dan 265 ribu lainnya merupakan pekerja informal.
- Kontraksi PMI Manufacturing
PMI Manufacturing umumnya menunjukkan kinerja industri pengolahan dalam negeri, baik dari sisi produksi, permintaan baru hingga ketenagakerjaan yang sangat besar, Sehingga membawa dampak yang sangat berat utamanya bagi para buruh.
Kementerian keuangan mencatat, PMI Manufacturing Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam hingga 45,3 atau lebih rendah dibandingkan angka per Agustus 2019 yang masih berada di angka 49.
- Kinerja Impor
Kinerja impor juga mengalami penurunan yang sangat drastis. Angka terakhir menunjukkan, pada triwulan I 2020 turun 3,7 persen year-to-date (ytd).
- Dampak Inflasi
Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa inflasi dalam negeri per Maret 2020 mencapai 2,96 persen year-on-year (yoy). Inflasi ini disumbangkan oleh harga emas perhiasan dan beberapa komoditas pangan.
- Pembatalan Penerbangan Domestik dan Internasional
Pandemi Covid-19 turut menumbangkan industri penerbangan. Setidaknya menurut data dari Kementerian Perhubungan, ada lebih dari 12.703 penerbangan di 15 bandara Indonesia dibatalkan sepanjang Januari-Maret 2020. Dengan rincian 11.680 untuk penerbangan domestik dan 1.023 untuk penerbangan internasional.
- Menurunnya Jumlah Wisman
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) memberikan pengaruh besar terhadap ekonomi dalam negeri, dan Covid-19 telah memberikan pengaruhnya yang sangat masif. Tak tanggung-tanggung, kunjungan wisatawan mancanegara turun lebih dari tujuh ribu wisman per hari. Kunjungan wisman umumnya didominasi wisman dari China.
- Kehilangan pendapatan Sektor Layanan Udara
Pembatalan penerbangan dan penurunan wisman tentunya memberikan pengaruh terhadap angka kehilangan pendapatan di sektor layanan udara mencapai lebih dari Rp 300 miliar per hari.
- Penurunan Okupansi Hotel
Efek domino dari dibatalkannya penerbangan, serta berkurangnya wisman juga memberikan pengaruh bagi dunia perhotelan. Kementerian Pariwisata bahkan mencatat akibat Covid-19, Indonesia telah kehilangan kucuran devisa dari sektor pariwisata yang terpangkas hingga 50% dibanding tahun lalu. Pun demikian dengan okupansi perhotelan pada lebih dari enam ribu hotel dengan jumlah penurunanya melebihi 50 persen.
Hal ini membuat masyarakat Indonesia khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu kesulitan bertahan hidup. Rasanya bagi mereka makan adalah yg utama, belum lagi jika masyarakat tersebut memiliki anak yang masih dibangku sekolah, memikirkan biaya sekolah anaknya, rasanya tak ada pilihan lain selain menunggak sampai keajaiban datang memberikan uang.
Memang miris, tetapi kini sedikitnya masyarakat mulai terbantu karena pemerintah memberikan bantuan setiap 1-2 bulan sekali seperti sembako dan uang di waktu yang berbeda.
Lalu bagaimana nasib para pegawai yang diberhentikan sementara? Sampai kapan itu terjadi? Jawabannya mungkin hanya bisa berdoa agar keajaiban datang.
Dalam keadaan negara yang seperti ini masyarakat memang sangat kesulitan dalam hal perekonomian. Mungkin saja segala kemungkinan terjadi karena merasa terdorong untuk melakukan sesuatu agar tercukupi kebutuhannya, dampaknya bisa saja negatif seperti berhutang, mencuri dan perilaku buruk lainnya.
Sebaiknya dengan adanya wabah Covid-19 ini kita dapat lebih bijak dalam menghadapinya. Jika memang kita kesulitan dalam segi perekonomian, sedangkan pekerjaan tidak memungkinkan untuk keluar rumah, kita dapat memanfaatkan gawai untuk berwirausaha secara online. Maupun membuat channel Youtube dengan mengunggah video-video bermanfaat, sehingga jika penonton dan peminatnya banyak, dapat mendatangkan keuntungan bagi kita.
Jadi, dengan adanya pandemi ini bukan masalah siapa yg menganggur karena pandemi, tetapi siapa yg inovatif saat pandemi.
*Penulis merupakan Mahasiswa UIN Bandung