Di galeri seni kuno
Terbagi menjadi empat penjuru kota
Protes sejak pandemi merebak
Masih ada sejumlah file puisi yang terluka
Dibagikan di meja pengadilan rakyat
Entah sampai kapan bisa dinyanyikan
Menjadi kemenangan
Penyair masih terkunci di dalam sangkar
Bangunan cagar budaya juga dibakar
Akan menjadi taman impian lautan yang lapar
Hanya karya seni yang diciptakan saja
Untuk mendapatkan keuntungan dari para kapitalis yang ganas
Sekarang mereka masih ketakutan
Harus membayar tiket pertunjukan
Dipanggil di tempat parkir
Orang-orang yang lewat tidak peduli
Bahkan suara petasan pun terdengar
Di panggung tari tradisi panjang
Rumah budaya siapa ini, tanya seorang teman penyair yang baik
Dia rajin tidur di tenda kematian
Menatap bintang dan langit kehidupan dari layar kekeringan
Hampir seperti tornado
Membawanya terbang tinggi
Ke negara-negara palsu
Aku hanya diam
Memunculkan sejumlah pertanyaan abadi
Bahwa aku harus memberitahu
Di atas cawan penderitaan yang mencair
Lapar akan kata juga
Meniup harta karun