Barangkali, ia lebih memilih menjadi bodoh
Semata-mata karena ketulusan pada sesuatu
Yang ia anggap cinta
-Yang menunggumu
Jangan sebut ia si peragu,
yang kalah oleh waktu.
Ia akan tetap menunggu
meski ia pun tahu
waktu yang tepat
tak pernah mau singgah.
-Yang mendengarkan dan bahagia
Ia adalah pendengar setia
sehingga ia mengabaikan
setiap kesempatan
untuk mengungkapkan cinta.
Hanya agar kamu tetap bercerita
dan ia tetap bahagia
meski ia tak lagi tahu
apa beda kebahagiaan
dan bunuh diri perlahan.
-Yang mencintaimu
Yang mengatakan padamu
“aku mencintaimu”
dengan diam dan sunyi puisi
bukanlah dia, tapi hatinya:
sebagian penting dari dirinya,
yang paling tulus dan jujur.
-Yang diam dan tak tahu harus berbuat apa
Yang paling ia tahu
hanyalah ia mencintaimu
dan harus merelakanmu
mencintai dan memiliki lelaki lain.
Memang, ia lebih memilih menjadi bodoh,
ketika orang lain berpura-pura jadi pintar
Penulis merupakan anggota Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) Universitas Pendidikan Indonesia. Kini bekerja sebagai pendidik dan bermukim di Kotamobagu, Sulawesi Utara.