JURNALPOSMEDIA.COM – Dema-U UIN Bandung kembali gelar aksi terbuka dalam rangka memperingati 20 tahun meninggalnya Munir, Advokat Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia di Kampus I pada Jumat (6/9/2024). Aksi dilakukan sebagai pengingat jasa Munir dan darurat HAM di Indonesia
Aksi ini merupakan salah satu dari aksi September Hitam yang dilaksanakan sepanjang September. Kegiatan diisi orasi oleh para peserta di mimbar bebas dan aksi lilin yang merupakan puncak rangkaian acara.
Menteri Kementerian Dema-U Kajian dan Isu Strategis, Noval Auliya Fikri menjelaskan, aksi ini terbuka bagi siapa pun yang memiliki kepedulian, solidaritas, dan perhatian terhadap pelanggaran berat HAM di Indonesia, September Hitam, khususnya pada kasus pembunuhan Munir.
“Kita sinergis dengan berbagai Kajian Strategis di UIN Bandung, seluruh mahasiswa atau siapa pun yang ingin terlibat juga masyarakat umum. Kami pikir juga bahwa kepedulian yang kita punya tidak terbatas pada persoalan identitas, bendera apa pun, dan semacamnya,” jelasnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada Jumat (6/9/2024).
Ia melanjutkan, aksi lilin merupakan aksi simbolik dalam upaya merawat ingatan atas kasus pembunuhan Munir yang sampai saat ini belum mendapatkan keadilan secara tuntas.
Selain itu, aksi ini juga menjadi peringatan untuk masyarakat Indonesia atas jasa-jasa Munir dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
“Jadi aksi sebenarnya itu sebagai aksi simbolik untuk kita mengingat bahwa kasus Munir hingga saat ini belum secara jelas terjawab gitu, dan juga belum mendapatkan keadilan. Jadi kita sama-sama mau bersolidaritas, menyatukan sikap, dan merawat ingatan kita semua bahwa pada hari ini kasus Munir belum secara tuntas diselesaikan oleh negara. Jadi aksi lilin ini sebagai aksi simbolik untuk mengingat jasa-jasa Munir dan kematiannya, dan juga sampai saat ini belum selesai secara baik,” ungkapnya.
Wakil Dema-U, Novian Ramadhan mengungkapkan, secara garis besar aksi ini ada dua jenis, yaitu demokrasi yang bertujuan untuk perubahan, dan simbolik yang berfokus pada penyadaran
Di samping itu, program ini dimulai dari ruang lingkup terkecil, yaitu mahasiswa UIN Bandung. Kampus-kampus lain juga telah berkomunikasi dan menjalin koneksi, sehingga aksi ini dilaksanakan di hampir setiap kampus.
“Tentunya kita dari luang lingkup terkecil dulu yakni dari mahasiswa UIN dan kampus–kampus lain komunikasi dan koneksi mempunyai kedekatan itu juga mempunyai hal yang sama. Jadi memang aksi ini dilaksanakan hampir di setiap kampus,” ucapnya.
Terakhir, Novian berharap, aksi ini dapat membangkitkan kesadaran mahasiswa terkait kondisi pada negeri saat.
“Harapannya mampu membangkitkan kesadaran para mahasiswa terkait kondisi faktual yang ada di negeri ini, terlebih dalam hal ini September Hitam yakni terkait dengan kasus pelanggaran HAM berat yang sampai saat ini pun belum ada titik terang terkait pengadilannya,” pungkasnya.