JURNALPOSMEDIA.COM – Dede Iskandar atau lebih akrab dengan sapaan Dede merupakan seorang pelatih taekwondo sekaligus pemilik unit (dojang) Bumi Sport yang telah berdiri sejak 2019 lalu. Dalam karirnya yang baru berjalan lima tahun, ia telah berhasil membawa ratusan anak didiknya meraih kejuaraan dari berbagai pertandingan.
Dede pertama kali mengenal dunia bela diri sebagai atlet karate sebelum akhirnya banting setir menjadi pelatih taekwondo di usianya yang ke-30 tahun. Ia terjun ke dunia karate sejak ia duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD) hingga ia menginjak perkuliahan. Bukan hal mudah menjadi seorang atlet karate kala itu, pikiran kuno yang menganggap sepele profesinya memaksanya untuk terus berjalan bahkan tanpa apresiasi dari orang terdekat.
Orang tua Dede pun tidak mengantarnya untuk latihan karate, Dede harus pulang pergi menaiki angkutan kota (angkot) untuk bisa berkumpul bersama organisasi karatenya di SMA 6 Bandung. Bahkan setelah menjadi alumni pun, ia harus tetap menjalin komunikasi dengan organisasi karatenya agar relasi yang dimilikinya lebih luas.
Kakinya terus berjalan, waktu dan tenaga banyak ia korbankan. Ia memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia karate. Di usianya yang tidak muda lagi, Dede seorang atlet karate akhirnya memutuskan menjadi pelatih taekwondo. Dengan latar belakang tersebut ia bisa membawa perspektif lain dalam perjalanan barunya sebagai pelatih taekwondo.
Lembaran barunya bermula dari cerita pilu keponakannya yang dirundung teman sekolahnya. Persis bak film Karate Kid, ia memutuskan untuk melatih ponakannya setiap jam enam pagi di halaman rumahnya. Sebagaimana namanya, “bela diri” taekwondo akhirnya bisa menjadi pembelaan diri sekaligus melepaskan ponakannya dari belenggu perundungan.
Walaupun taekwondo terbukti bisa menjadi alat perlawanan, Dede tetap menekankan bela diri hanya diperuntukkan bagi orang-orang bijak.
“Saya selalu tekankan bela diri bukan untuk cari masalah, melainkan untuk melindungi diri dan orang lain,” tegasnya dengan nada serius.
Kisah Dede dan keponakannya tersebut menjadi inspirasi bagi anak-anak dilingkungan sekitarnya dan pada akhirnya membuat mereka ingin belajar bela diri. Hal ini menjadi bukti setiap tantangan dan masalah yang terjadi dapat menjadi peluang untuk menciptakan perubahan positif. Latihan yang semula hanya di halaman rumahnya kemudian beralih ke Gedung Serba Guna (GSG) kompleknya hingga akhirnya ia mempunyai tempat baru yang lebih memadai.
Di satu sisi ia merasa hilang arah karena bakat yang dimiliki murid-muridnya belum bisa tersalurkan karena ia belum mempunyai dojang sendiri.
“Dari situ saya berpikir kasian juga anak-anak kalo udah bisa taekwondo ngapain nih nggak ada pelampiasan masa harus berantem,” ucapnya sambil sedikit terbawa emosi.
Kegelisahan ini membawanya pada sosok yang sangat berjasa baginya. Dari Master Budiono, guru taekwondo sekaligus penasehat Kota Bandung, Dede menemukan titik terang. Master Budiono menyarankan Dede untuk membentuk dojangnya sendiri. Setelah melalui banyak pertimbangan, Dede akhirnya menjadikan Bumi Sport sebagai langkah barunya di dunia taekwondo.
“Master Budiono bantu saya bikin unit, dari situ saya daftar terus bikin nama unit dan kepikiran bumi sport karena dulu saya latihan di depan rumah. Bumi Sport juga diambil dari Bahasa sunda yang artinya ia ingin menjadikan Bumi Sport sebagai ‘rumah’ bagi atlet-atletnya,” jelasnya sembari memamerkan senyum bangganya.
Selang waktu berjalan, lima tahun sudah ia berkarir menjadi pelatih taekwondo sekaligus pemilik utama Bumi Sport. Dukungan yang dahulu tidak ia dapatkan, kini bisa ia rasakan sebuah buah dari kerja kerasnya.
Bersama atlet-atletnya, Dede telah membawa Bumi Sport yang dirintisnya memenangkan banyak kejuaraan menuju puncak kesuksesan. Kisahnya adalah bukti nyata semangat dan pantang menyerah mengantarkannya ke jalan hidup yang lebih baik.