JURNALPOSMEDIA.COM – Bidang Intelektual dan Sosial Hima Jurnalistik menggelar acara nonton bareng (nobar) film Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) The EndGame, Sabtu (12/6/2021). Acara tersebut dimulai pukul 18.30 WIB di Green White Green Bar (GWGB), Cipadung, Cibiru, Bandung.
Sebuah film dokumenter dari WatchDoc ini mengajak penontonnya untuk melihat berbagai kejanggalan yang ada di KPK. Disutradarai oleh Dandhy Laksono, film tersebut mengusung tema “Ronde Terakhir Melawan Korupsi”.
Sesi diskusi dimulai ketika pemantik Ibnu Robbul Faruqi mengungkapkan, WatchDoc bergerak tanggap terhadap isu-isu yang sedang hangat.
“Saya melihat Watchdoc ini bergerak sangat tanggap terhadap isu-isu hangat. Sehingga masyarakat menjadi lebih cepat tahu terhadap situasi yang ada,” papar Ibnu.
Berbagai pertanyaan, pernyataan, dan sanggahan mulai menghiasi jalannya diskusi. Tak berkutik dengan masalah KPK hari ini, penonton juga diajak mengetahui kilas balik budaya korupsi di Indonesia.
Peserta diskusi, Cepi memaparkan argumennya tentang salah satu contoh yang menjadi asal muasal budaya korupsi di Indonesia.
“Kita ambil contoh, munculnya kerja rodi pada zaman Belanda. Diketahui banyak masyarakat Indonesia tewas karena kelaparan, ternyata tidak terlepas dari adanya investasi Belanda. Di mana modal pembangunan dan upah bagi masyarakat ini dikorupsi oleh sebagian pemimpin Indonesia yang menjalin kerjasama dengan Belanda pada saat itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Cepi mengatakan bahwa munculnya keturunan atau keluarga yang terbiasa korupsi ini menyebabkan budaya korupsi sulit untuk dihilangkan.
“Kita ketahui sekarang, hal tersebut berasal dari turunan keluarga yang mulai lakukan kaderisasi untuk terbiasa korupsi sehingga sulit untuk dihilangkan,” ungkap Cepi.
Tak ingin kalah, seorang mahasiswa IPB, Made juga menanggapi beberapa hal terkait dengan fenomena yang akan terjadi setelah hadirnya kasus pelemahan KPK. Dirinya mulai memancing dengan stimulus perandaian.
“Mari kita putar otak dan bermain lebih jauh. Kira-kira apa yang akan terjadi setelah adanya kasus pelemahan KPK? Di mana diketahui bahwa pemerintah sudah sangat mempermainkan kita. Mulai dari RUU KUHP sampai dengan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK),” tanya Made.
Menjawab pertanyaan tersebut, mahasiswi Jurnalistik UIN Bandung, Revy menebak akan ada aksi-aksi selanjutnya yang berhubungan dengan pola kebijakan pemerintah.
“Saya rasa ke depannya akan ada banyak aksi. Menimbang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Ditambah lagi media seakan-akan digiring untuk berpihak pada pemerintah. Dijadikannya sebuah senjata pemerintah untuk lakukan otoritarianisme terhadap masyarakat. Kebebasan jurnalis juga tak akan bersifat independen lagi, dan ini berpengaruh pada kerusakan negara,” ujar Revy.
Terlepas dari itu, pemantik diskusi Ibnu menegaskan semua yang hadir diskusi saat itu untuk mulai mengambil langkah. Meski terkesan minim tetapi harus segera dilakukan.
“Salah satu cara untuk melawan segala kemungkaran adalah dengan mengambil peran dan memulai aksi. Serta perbanyak literasi agar tidak dibodohi. Hal ini akan memicu kita untuk tidak bergantung pada fasilitas dan segala hal yang mengundang adanya investasi luar negeri. Karena nantinya menimbulkan aksi-aksi korupsi dari proyek-proyek yang akan difasilitasi,” tegasnya.
Senada dengan Ibnu, mahasiswa Jurnalistik UIN Bandung, Alif Muhammad memberikan kesan dan pesan mengenai film tersebut.
“Saya menyadari bahwa negara sedang tidak baik-baik saja. Oleh sebab itu, dengan adanya film ini bisa membuka pikiran para pemuda bahwa kita harus berperan dalam sistem negara. Siapa lagi yang akan melanjutkan bangsa ini, siapa lagi kalau bukan kita? Kesannya saya sangat berterima kasih pada tim WatchDoc karena sudah menginspirasi untuk berperan dan terus belajar melakukan hak baik untuk negara,” pungkas Alif.
Sumber: Press Release Hima Jurnalistik Bidang Intelektual dan Sosial