JURNALPOSMEDIA.COM—Bedug, alat musik yang ditabuh seperti gendang. Senantiasa dikaitkan dengan media panggil peribadatan. Alat musik tradisional yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu ini berasal dari Cina. Berawal dari raja Semarang yang meminta pada Laksamana Cheng Ho agar bisa mendengar suara bedug dari mesjid.
Di Indonesia sendiri, bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat. Namun seiring berjalannya waktu dan zaman yang makin terkikis modernisasi, bedug sudah jarang ditemukan di masjid.
Suara bedug yang biasanya terdengar sebelum adzan berkumandang, kini banyak digantikan oleh pengeras suara. Meskipun keberadaan bedug mulai terlihat jarang, namun masih ada pengrajin bedug yang memproduksinya. Salah satunya Asep (40), pengrajin bedug di kawasan Kiaracondong, Kota Bandung.
Asep mengatakan, bedug hasil produksinya paling tidak terjual satu dalam satu bulan. Tapi, hal tersebut tidak menjadikannya jarang memproduksi bedug. Dalam sehari, Asep bisa memproduksi sampai sepuluh bedug yang terbuat dari drum.
Pembuatan bedug sekaligus toko yang sudah berdiri sejak 2009 ini, memiliki dua jenis bedug. Yang pertama, terbuat dari drum, dan yang kedua terbuat dari kayu. Untuk bedug yang terbuat dari drum sendiri dibandrol dengan harga Rp.750.000. Sedangkan untuk bedug yang terbuat dari kayu dibandrol dengan harga paling mahal Rp.4.500.000 tegantung jenis kulit apa yang digunakan.
“Kalau kulitnya kerbau lebih mahal, karena lebih bagus dan awet dibanding sama kulit sapi. Makanya harganya lebih mahal,” jelas Asep, Kamis (16/05/2019)
Selain itu, Asep juga menuturkan bahwa omset penjualan bedugnya tidak begitu banyak. Hal ini karena pembelinya musiman atau tidak menentu.
“Sehari ya, dua paling. Tapi kadang itu seminggu juga nggak ada yang beli. Nggak tentu, kadang juga sebulan cuma laku satu gitu,”
Pembeli bedug yang musiman juga merupakan salah satu penyebab karena sekarang masyarakat lebih banyak memilih menggunakan speaker atau alat pengeras suara sebagai pemberitahuan waktu shalat. Bahkan di bulan Ramadhan ini, menurut Asep, penjualan bedugnya semakin menurun dan sepi dibanding bulan-bulan biasanya.