Fri, 11 July 2025

Kajur Ilmu Komunikasi : Kurikulum Senantiasa Menyesuaikan Kebutuhan Masyarakat

Reporter: Santi Agustini/Irma Purnama Putri | Redaktur: Hilma Halimah | Dibaca 504 kali

Thu, 14 April 2022

JURNALPOSMEDIA.COM – Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu Komunikasi, Darajat Wibawa memaparkan prinsip lembaga pendidikan harus menjawab kebutuhan masyarakat. Menurutnya, antara kurikulum dan kebutuhan masyarakat harus sesuai.

“Misalnya ada salah satu mata kuliah yang harus disesuaikan dengan perkembangan zaman itu akan kita masukan. Contohnya mata kuliah jurnalisme online, dulu kan materi kuliah itu kurang populer,” ungkap Darajat Jum’at (1/4/2022).

Darajat menjelaskan, kurikulum yang mahasiswa dapatkan memiliki tingkat kesesuaian yang cukup tinggi. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa Ilmu Komunikasi dapat memenangkan persaingan di masa kini.

Lebih lanjut, Darajat memaparkan proses penyusunan kurikulum yaitu, dengan mengikutsertakan pendapat pengguna jurusan, pakar komunikasi, serta para alumni.

“Dalam penyusunan kurikulum sudah pasti menggandeng alumni, lulusan yang merupakan pengelola media massa mainstream maupun media sosial, humas pemerintahan, swasta dan lembaga lainnya.” jelas Darajat melalui WhatsApp, Sabtu (9/4/2022).

Selanjutnya mengenai tingkat keberhasilan kurikulum, Darajat berpendapat, yang paling utama adalah akreditasi BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Dalam akreditasi, porsi mahasiswa dalam penilaian itu cukup besar. Hal lainnya adalah capaian pembelajaran yang sudah tersusun sejak awal sebelum kurikulum disampaikan kepada mahasiswa.

“Persentase (keberhasilan kurikulum) salah satunya bisa dilihat dari lulus atau tidaknya mata kuliah yang dikontrak oleh setiap mahasiswa. Jadi jika dirata-ratakan, di Ilmu Komunikasi Jurnalistik lebih banyak mahasiswa yang lulusnya jika dibandingkan dengan yang tidak lulus,” pungkasnya.

Bagikan :

Rekomendasi

Menilik Indikator Penilaian Skor Ujian serta Masa Aktif Sertifikat Kursus TOEFA dan TOEFL JURNALPOSMEDIA.COM – Sejalan dengan kegiatan persiapan ujian Test of English for Academics (TOEFA) dan Test of English Foreign Language (TOEFL) yang di adakan oleh Language Center (LC) UIN Bandung, terdapat beberapa indikator penilaian skor ujian serta masa aktif sertifikat kursus bagi mahasiswa. Ketua LC UIN Bandung Abdul Kodir turut menjelaskan, berkenaan dengan skor nilai, setiap tahunnya akan ada beberapa perubahan kebijakan. Hal ini dipicu karena adanya cetakan baru buku Pedoman Akademik di setiap tahunnya. “Jadi kita hanya memberikan keterangan bahwa anda skornya sekian. Nanti umpan-umpannya skornya berlaku atau tidak atau misalkan kurang, maka ya, harus ujian lagi dan kalau mau ujian lagi anda gausah dari ulang harus kursus lagi,” ungkapnya kepada Jurnalposmedia, Rabu (27/7/2022). Skor dan Keuntungan yang Didapat Abdul Kodir kembali menjelaskan, mengenai minimal skor yang diraih oleh setiap mahasiswa itu berbeda-beda, hal ini bergantung pada kebijakan Fakultas dan Program Studi Prodi nya masing-masing. Sementara indikator dan standar penilaiannya dinilai dari listening, reading, dan vocabulary. “Untuk vocabulary nya kita itu ingin mahasiswa UIN itu paham dan mengenal vocab-vocab dengan istilah yang dekat dengan keislaman jadi nanti ada kaya English for islamic student jadi nanti ada vocab yang nanti dekat dengan kajian-kajian keislaman,” ungkapnya. Beralih dari tes tersebut, Abdul kembali menuturkan, para mahasiswa yang mengikuti tes dan kursus keterampilan berbahasa nantinya akan mendapatkan keuntungan berupa sertifikat kursus. “Masa aktif sertifikat tes TOEFL dan TOEFA ini hanya dua tahun, jika sudah lebih dari dua tahun maka harus tes lagi agar mendapatkan skor TOEFL yang terbaru dan sertifikatnya aktif. Sedangkan sertifikat kursus keterampilan berbahasa bisa aktif seumur hidup,” jelasnya. Tanggapan Mahasiswa Terkait Tes TOEFL dan TOEFA Kursus bahasa yang berujung dengan ujian TOAFL dan TOEFA, sebagai syarat kelulusan ini banyak mendapatkan apresiasi dari mahasiswa yang semangat untuk mengikuti kursus tersebut. Mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur’an Tafsir (IAT), Destiana Rosyidah sangat mengapresiasi kegiatan ini. Desti juga tidak sungkan mengeluarkan kritik dan sarannya untuk program ini. “Hanya saja sertifikat yang nantinya keluar setelah ujian itu hanya bisa di pakai di kampus saja, tidak bisa di pakai untuk kepentingan di luar kampus, semisal untuk melamar beasiswa atau pekerjaan yang membutuhkan sertifikat serupa,” ungkapnya. Ia juga berharap agar dosen pembimbing kursus mulai memperhatikan kegiatan belajar mengajar (KBM) mahasiswa nya agar mendapatkan hasil maksimal dalam ujiannya. Karena masih banyak dosen pembimbing yang kurang memperhatikan KBM kursusnya. “Tidak semua dosen pembimbing kursus peduli pada mahasiswa kursusnya. Yah
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments