Sun, 24 November 2024

Webinar Legislatif Sema-FDK, Peran Pemuda dalam Menghadapi Bonus Demografi Indonesia

Reporter: Siti Barkah | Redaktur: Retna Gemilang | Dibaca 813 kali

Wed, 12 January 2022
Pamflet Webinar Legislatif yang bertajuk "Peran Pemuda dalam Pancasila dan Legislatif Menghadapi Bonus Demografi Indonesia di Era V.U.C.A".

JURNALPOSMEDIA.COM – Munculnya era Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA), menjadi tantangan dan problematika baru bagi generasi milenial. Tentu, hal ini berkaitan dengan bagaimana peranan pemuda dalam memahami pancasila dan legislatif untuk menghadapi bonus demografi di Indonesia.

Dalam hal ini, Sema-FDK UIN Bandung menyelenggarakan webinar legislatif dengan mengusung tema “Peran Pemuda dalam Pancasila dan Legislatif Menghadapi Bonus Demografi Indonesia di Era V.U.C.A”. Webinar diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada Selasa, (11/1/2022).

Dipandu oleh Fathiyatulhaq Shafna Salsabila, webinar legislatif ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ahmad Sarbini. Selain itu, turut menghadirkan narasumber yang sangat menarik yaitu, Aktivis Ahmad Yani dan Dokter Gamal Albinsaid yang masuk ke dalam 50 Most Impactful Social Innovator (Global Listing).

Webinar dibuka dengan membahas mengenai peranan pemuda dalam memahami pancasila dan legislatif secara mendalam oleh Ahmad Yani. Menurutnya, salah satu caranya, yaitu dengan berkontribusi penuh dalam aktivitas untuk memajukan bangsa.

Tidak hanya itu, pemuda juga merupakan tonggak awal integritas suatu bangsa. Dalam hal ini, menurutnya, pemuda harus bisa menjadi agent of change.

Diharapkan, peran pemuda mampu mendorong sebuah perubahan untuk masa depan bangsa yang lebih baik dengan berpikir kritis dan idealis. “Ketika kita menjadi mahasiswa, itu waktunya menjadi idealis,” ungkapnya.

Hal ini juga berkaitan dengan peran pemuda yang harus memperbanyak ruang diskusi publik dan tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

Ahmad Yani menambahkan, dengan terjun ke politik praktis, pemuda akan mampu bersuara. Hal itu bertujuan demi melawan banyaknya kerusakan yang terjadi apabila masyarakat bersikap apatis.

“Kalau orang-orang baik banyak diam maka banyak kerusakan. Jangan jadi sarjana yang berdiam atau apatis, tapi kita harus berani,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gamal menjelaskan, setidaknya ada tiga poin utama yang menjadi syarat sebuah negara mampu menghadapi bonus demografi.

Pertama, Gamal menuturkan, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak bahwa sebuah negara mampu menghadapi bonus demografi. Hal tersebut ditandai dengan faktor pendidikan dan kompetensi yang baik.

Selanjutnya, kesehatan yang memengaruhi kualitas. Produktivitas SDM juga ditentukan oleh pengaruh kesehatan yang dominan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan nilai bangsa dari segi kesehatan.

“Kalau dia tidak sehat, maka pasti berkurang produktivitasnya,” ungkap Gamal.

Terakhir, memastikan produktivitas dengan lapangan pekerjaan. Yaitu kemampuan seseorang dalam memastikan tingkat produktivitas di lapangan. Contohnya, dengan membuka lapangan pekerjaan.

Gamal juga menjelaskan, menyoal bonus demografis yang terjadi, ia selalu optimis bahwa semua individu dapat menghadapi berbagai masalah. Baik itu masalah ketidakadilan sosial, kesehatan, maupun kesenjangan sosial.

Oleh karena itu, tambahnya, dalam segala upaya apa pun yang dilakukan harus dibuktikan dengan memiliki dampak positif bagi masyarakat.

“Yang dibutuhkan orang lain itu pembuktian, maka dari itu kita harus membuktikan kepada orang lain, kepada orang tua kita, apa yang bisa kita lakukan dengan kontribusi apa yang kita berikan untuk bangsa,” tutupnya.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments