Fri, 11 July 2025

Tjibarani Kembali Hidup: Lembur Katumbiri Jadi Magnet Penikmat Pagi

Reporter: Salwa Novilita/Magang | Redaktur: KHOIRUNNISA FEBRIANI SOFWAN | Dibaca 257 kali

Sat, 24 May 2025
(Sumber foto: Salwa Novilita/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM – Suara gemericik Sungai Cikapundung dan warna-warni rumah di lerengnya menyambut pagi di Lembur Katumbiri, Dago, Bandung. Kawasan yang dulu dikenal sebagai Kampung Pelangi 200. Kini, setelah direvitalisasi dengan sentuhan seni dari John Martono, kampung ini menjadi ruang publik yang hidup kembali dan dipenuhi aktivitas warga, pengunjung, dan semangat kolaborasi mereka.

Transformasi Lembur Katumbiri dimulai pada April 2025, ketika Pemerintah Kota Bandung menggandeng seniman John Martono. Sentuhan artistiknya menjadikan warna-warni kampung sebagai identitas visual semangat warga. Menurut Pedagang Sate Jando Yayan Sopyan, reaktivasi ini tak hanya mempercantik kampung. Tetapi, kehadiran pengunjung menghidupkan kembali interaksi sosial dan ekonomi warga melalui gelaran Weekly Market.

“Setelah proyek seni ini, warga jadi semangat lagi. Weekly Market hidup kembali, dan para pengunjung pun mulai datang lagi. Udara pagi di sini bukan cuma sejuk, tapi juga bawa harapan warga di sini,” ujar Yayan Sopyan, saat diwawancarai Jumat (23/5/2025)

Aktivitas pagi hari di Lembur Katumbiri kini menjadi ritual harian warga. Beberapa warga membuka stan dalam gelaran Weekly Market, sementara lainnya terlibat menjaga kebersihan bersama mahasiswa yang rutin datang. Semangat gotong royong masih kental terasa. Bahkan, upaya pelestarian lingkungan juga ikut digaungkan pengunjung diimbau untuk tidak membawa air minum dalam kemasan plastik.

“Kita berharap para wisatawan bisa lebih peduli. Karena ini juga paru-parunya kota. Tempat ini ‘kan merupakan pelestarian lingkungan hidup, jadi harus kita jaga bareng-bareng,” tambahnya.

Dari sisi pengunjung, suasana kampung yang artistik dan alami menjadi daya tarik utama. Salah satu pengunjung yang datang Ega Saputra, mengaku memilih Lembur Katumbiri sebagai tempat lari pagi sekaligus melepas penat dari rutinitas kota.

“Suasananya adem, terus deru air sungai bikin tenang. Warna-warni rumahnya juga bikin mood saya naik. Ini tempat yang cocok banget buat healing,” ujar Ega sambil menikmati kopi di pinggir Sungai Cikapundung.

Tak hanya indah, kampung ini juga menghadirkan ruang untuk berinteraksi antarpengunjung maupun dengan warga. Ega menambahkan, ia merasa nyaman karena warga menyambut hangat dan para pengunjung pun tertib mengikuti aturan. Spot-spot foto seperti area rumah pelangi atau saung di pinggir sungai jadi favorit banyak orang.

Meski perhatian publik sedang mengarah ke Lembur Katumbiri, tantangan tetap ada. Masalah sampah dari pengunjung, keterbatasan ruang UMKM, dan perlunya edukasi lingkungan menjadi pekerjaan rumah yang harus terus diatasi bersama. Namun, baik warga maupun pengunjung punya harapan besar untuk masa depan kampung ini.

“Saya harap tempat ini tetap dijaga, bukan cuman karena cantik buat foto, tapi juga karena punya nilai penting secara lingkungan dan sosial,” tambah Ega.

Kini, Lembur Katumbiri bukan hanya sekadar kampung dengan cat warna-warni, tapi sudah menjelma jadi ruang publik bernyawa tempat di mana warna, air, pagi, dan harapan bertemu setiap hari.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments