Mon, 31 March 2025

Tetap ke Sawah Meski Corona Mewabah

Reporter: Riki Baehaki | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 460 kali

Mon, 30 March 2020
Petani memanen padi di pesawahan, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang. (Riki Baehaki/ Jurnalposmedia)

JURNALPOSMEDIA.COM-Mentari pagi mulai meninggi, udara sejuk pagi hari menelisik masuk menyegarkan paru. Ah, meski dunia tengah siaga, pagi tetaplah pagi yang menyejukkan. Tentunya, ditemani kantuk yang masih mengambang di langit-langit kelopak mata.

Jam dinding menujukan pukul 06.30, para petani sudah bersiap diri di tengah sawah. Padi telah menguning, pertanda siap dipanen. Sesuai perhitungan, rata-rata padi membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk siap dituai. Ketika penduduk lain masih nyaman di balik selimut, petani sigap berangkat menuju sawah.

Berbeda dengan panen-panen sebelumnya, kali ini petani mesti memanen dalam keadaan bumi yang tengah genting. Covid-19 membuat banyak negara mengerahkan upaya terbaiknya agar masyarakatnya tidak terinveksi virus tersebut. Indonesia sendiri memilih sistem Social Distancing untuk menekan penyebaran virus yang menular dari jarak dekat.

Langkah tersebut mengharuskan pemerintah untuk meliburkan sekolah dan perkuliahan, juga menerapkan Work From Home (WFH) bagi para pekerja. Mengajak masyarakat untuk menerapkan Social Distancing atau tindakan mengurangi aktivitas di luar rumah dan berada di kerumunan orang banyak, dinilai dapat menekan penyebaran virus itu.

Tak semua pekerja dapat menerapkan WFH atas pekerjaanya, di antaranya seperti petugas medis, petugas keamanan, pemadam kebakaran, jurnalis, termasuk petani. Tak ada pilihan, petani padi harus ke sawah meski wabah tengah menghantui bumi.

Begitu pun seorang ibu bernama Ami, salah satu petani padi di Pangkalan, Kabupaten Karawang. Saat berbincang pada Sabtu (29/3/2020) lalu, Ia mengaku tak memiliki pilihan untuk tetap di rumah. “Saya anggap pekerjaan ini sebagai sebuah olahraga,” ungkap Ami saat beristirahat di sela-sela pekerjaannya.

Dilengkapi topi caping yang bertengger di kepalanya, nampak guratan tulus di wajah Ami saat berbincang mengenai niatnya bekerja. “Maksudnya saya harus tetap ke sawah, karena Corona sedang mewabah, bekerjanya diniatkan juga sebagai olahraga agar imun menjadi kuat lalu terhindar dari Corona,” lanjutnya.

Menurutnya, meski bekerja di luar rumah dirinya harus tetap menjaga kesehatan. Seperti halnya mencuci tangan bila hendak makan, berusaha tidak berada dalam kerumunan, dan tetap berhati-hati.

Lantas, apa alasan kita untuk keluar rumah? Keluarlah bila tidak memiliki pilihan. Upaya kita mengikuti imbauan pemerintah dapat membantu menyelesaikan masalah yang tengah mewabah. Tetap waspada, jaga jarak dan #DiRumahAja.

Bagikan :

Rekomendasi

Menilik Indikator Penilaian Skor Ujian serta Masa Aktif Sertifikat Kursus TOEFA dan TOEFL JURNALPOSMEDIA.COM – Sejalan dengan kegiatan persiapan ujian Test of English for Academics (TOEFA) dan Test of English Foreign Language (TOEFL) yang di adakan oleh Language Center (LC) UIN Bandung, terdapat beberapa indikator penilaian skor ujian serta masa aktif sertifikat kursus bagi mahasiswa. Ketua LC UIN Bandung Abdul Kodir turut menjelaskan, berkenaan dengan skor nilai, setiap tahunnya akan ada beberapa perubahan kebijakan. Hal ini dipicu karena adanya cetakan baru buku Pedoman Akademik di setiap tahunnya. “Jadi kita hanya memberikan keterangan bahwa anda skornya sekian. Nanti umpan-umpannya skornya berlaku atau tidak atau misalkan kurang, maka ya, harus ujian lagi dan kalau mau ujian lagi anda gausah dari ulang harus kursus lagi,” ungkapnya kepada Jurnalposmedia, Rabu (27/7/2022). Skor dan Keuntungan yang Didapat Abdul Kodir kembali menjelaskan, mengenai minimal skor yang diraih oleh setiap mahasiswa itu berbeda-beda, hal ini bergantung pada kebijakan Fakultas dan Program Studi Prodi nya masing-masing. Sementara indikator dan standar penilaiannya dinilai dari listening, reading, dan vocabulary. “Untuk vocabulary nya kita itu ingin mahasiswa UIN itu paham dan mengenal vocab-vocab dengan istilah yang dekat dengan keislaman jadi nanti ada kaya English for islamic student jadi nanti ada vocab yang nanti dekat dengan kajian-kajian keislaman,” ungkapnya. Beralih dari tes tersebut, Abdul kembali menuturkan, para mahasiswa yang mengikuti tes dan kursus keterampilan berbahasa nantinya akan mendapatkan keuntungan berupa sertifikat kursus. “Masa aktif sertifikat tes TOEFL dan TOEFA ini hanya dua tahun, jika sudah lebih dari dua tahun maka harus tes lagi agar mendapatkan skor TOEFL yang terbaru dan sertifikatnya aktif. Sedangkan sertifikat kursus keterampilan berbahasa bisa aktif seumur hidup,” jelasnya. Tanggapan Mahasiswa Terkait Tes TOEFL dan TOEFA Kursus bahasa yang berujung dengan ujian TOAFL dan TOEFA, sebagai syarat kelulusan ini banyak mendapatkan apresiasi dari mahasiswa yang semangat untuk mengikuti kursus tersebut. Mahasiswi jurusan Ilmu Al-Qur’an Tafsir (IAT), Destiana Rosyidah sangat mengapresiasi kegiatan ini. Desti juga tidak sungkan mengeluarkan kritik dan sarannya untuk program ini. “Hanya saja sertifikat yang nantinya keluar setelah ujian itu hanya bisa di pakai di kampus saja, tidak bisa di pakai untuk kepentingan di luar kampus, semisal untuk melamar beasiswa atau pekerjaan yang membutuhkan sertifikat serupa,” ungkapnya. Ia juga berharap agar dosen pembimbing kursus mulai memperhatikan kegiatan belajar mengajar (KBM) mahasiswa nya agar mendapatkan hasil maksimal dalam ujiannya. Karena masih banyak dosen pembimbing yang kurang memperhatikan KBM kursusnya. “Tidak semua dosen pembimbing kursus peduli pada mahasiswa kursusnya. Yah
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments