JURNALPOSMEDIA.COM Gedung Student Centre UIN Bandung berdiri megah di ujung kampus. Dari luar, terlihat tampak seperti pusat aktivitas mahasiswa yang aktif dan terkelola. Namun, begitu masuk ke dalamnya terlihat jelas kenyataan yang sesungguhnya; kotor, gelap, dan nyaris tidak terurus.
Lampu Mati

Masalah paling mencolok ada pada fasilitas dasar yang seharusnya menjadi standar minimum. Terdapat banyak ruangan di dalam gedung yang ini tidak memiliki akses listrik, colokan mati, lampu tidak menyala dan hanya menjadi pajangan ruangan. Beberapa organisasi ataupun mahasiswa yang seharusnya bisa beraktivitas sampai malam hari, harus berjuang di tengah gelap, tanpa penerangan, tanpa kipas dan juga tanpa akses ke stop kontak. Bahkan beberapa ruang seperti tak pernah tersentuh aliran listrik sejak awal. Kondisi ini tidak hanya menyulitkan, tetapi juga membahayakan. Apa gunanya ruangan organisasi jika tidak memiliki akses listrik.
Yang lebih mengherankan, semua ini dibiarkan terus berlangsung. Tidak ada tanda-tanda perbaikan, tidak ada pengumuman perawatan, dan tidak ada informasi yang jelas tentang kapan fasilitas akan diperbaiki. Gedung yang seharusnya mendukung produktivitas mahasiswa justru menjadi penghambat.
Sampah Berserakan

Kondisi kebersihan tidak kalah parah. Sampah menumpuk di berbagai sudut seperti, di tangga, lorong belakang, hingga depan ruangan-ruangan organisasi. Tempat sampah terbatas, dan tidak ada sistem pembersihan rutin yang terlihat berjalan. Jika pun ada petugas kebersihan, hasilnya tidak terlihat. Situasi ini memperlihatkan bahwa gedung ini bukan hanya tidak ramah aktivitas, tapi juga tidak layak secara higienis.
Lorong Tangga Gelap

Student Centre seharusnya bukan hanya bangunan kosong. Namun sebuah gedung yang berfungsi dan hanya butuh listrik yang menyala, ruang yang bersih, dan fasilitas yang semestinya. Jika gedung ini dibangun dengan dana besar dan anggaran negara, maka standar perawatannya pun harus setara. Saat listrik tidak menyala dan sampah dibiarkan menggunung, pertanyaannya hanya sederhana: ke mana arah pengelolaannya?
Karena pada akhirnya, tidak ada gunanya gedung besar jika isinya hanya kekecewaan. Kondisi kebersihan pun menunjukkan pengabaian yang kronis. Sampah terlihat di mana-mana, di sudut tangga, lorong-lorong belakang, dan dekat pintu masuk ruangan. Tempat sampah tidak memadai dan sistem kebersihan nyaris tidak berjalan. Masalah ini bukan hanya membuat aktivitas tak nyaman, tetapi juga merusak citra kampus itu sendiri. Tidak masuk akal jika kampus sebesar ini tak bisa mengelola satu gedung dengan layak.
Satu hal lagi yang tak bisa diabaikan adalah soal distribusi ruang. Beberapa organisasi mendapatkan ruang luas dan terurus, sementara yang lain bahkan tidak mendapat tempat yang layak. Tidak ada transparansi soal bagaimana ruangan dibagi, dan tidak ada kejelasan mekanisme pengelolaannya. Ketimpangan seperti ini menunjukkan bahwa masalah Student Centre bukan hanya fisik, tetapi juga sistemik.
Yang lebih memperihatinkan: semua ini dianggap wajar. Ketika listrik mati, mahasiswa disuruh maklum. Ketika sampah menumpuk, dianggap bagian dari dinamika. Ketika ruangan tidak dibagi merata, semua diam. Sikap permisif inilah yang membuat kondisi buruk ini terus berulang.
Student Centre UIN Bandung hari ini tidak gagal karena kekurangan dana atau karena terlalu tua. Ia gagal karena pengabaian yang disengaja. Fasilitas dasar tidak tersedia, kebersihan tak dijaga, dan pengelolaan tidak transparan. Jika gedung ini dibangun untuk mendukung kegiatan mahasiswa, maka sudah saatnya pihak kampus membuktikan itu, bukan lewat pidato, tapi lewat perbaikan nyata. Karena pada akhirnya, gedung besar tanpa listrik dan penuh sampah bukanlah pusat kegiatan. Ia hanya monumen dari ketidakpedulian.